TEMPO.CO, Boston - FBI kembali membongkar akun Twitter tersangka bom Boston, Dzokhar Tsarnaev sejak tahun 2011. Langkah ini dilakukan untuk mendapatkan wawasan yang lebih dalam mengenai apa saja yang dia katakan dan lakukan pada bulan-bulan menjelang serangan.
Beberapa pesan berisi ungkapan khas dari seorang mahasiswa, berbicara tentang mencuci dan bermain beer pong. Namun seiring waktu, tweet Tsarnaev juga diketahui mengalami transformasi.
Kriminolog Northeastern University, James Alan Fox, turut menganalisis tulisan Tsarnaev itu. "Anda lihat seluruh tweet ini selain campuran kegiatan sehari-hari dan berpesta misalnya, juga berisi sisipan mengenai Islam, Chechnya, serta ketidaksukaan dan kebenciannya pada Amerika," kata Fox. "Apa yang ia lakukan dengan saudaranya, adalah bagian dari hidupnya, tapi bukan totalitas hidupnya."
Ia menyatakan, targetnya bukan orang per orang, melainkan Amerika. Setahun sebelum ledakan mematikan di Boylston Street, Tsarnaev menulis, "Satu dekade di Amerika sudah, aku ingin keluar."
Potret yang muncul dari profil Twitter-nya adalah adalah seorang pemuda yang bangga dengan akar Chechnya-nya. Juga tentang agamanya. "Kedua elemen tentu sangat penting untuk memahami mengapa berpartisipasi dalam tindakan ini. Ia juga dekat dengan kakaknya."
Beberapa bulan kemudian dia menulis, "Agama saya adalah kebenaran" dan "saudara-saudara di masjid berpikir aku seorang mualaf atau bahwa aku dari Aljazair atau Suriah."
Dia juga memposting gambar kembang api dan berbicara tentang melakukan kerusakan, karena "Aku punya beberapa lagi yang tersisa."
Delapan bulan sebelum pengeboman ia menulis "Boston Marathon bukanlah tempat yang baik untuk merokok," dan pada pukul 08.04 pada hari pemboman, ia menulis, "Bukankah tak ada cinta di jantung kota, waspadalah, orang-orang."
Dzhokhar bersama kakaknya, Tamerlan Tsarnaev, menjadi tersangka utama Bom Boston 15 April lalu. Tamerlan tewas tertembak selama dalam pengejaran.
Mereka memasuki Amerika Serikat bersama keluarganya pada 2002 atau 2003. Dzhokhar pernah bersekolah di Makhachkala, ibu kota Republik Dagestan antara 1999-2001.
Pemuda berusia 19 tahun itu melanjutkan pendidikannya di Universitas Amherst di Massachusetts. Dia seorang bintang olahraga gulat di Cambriddge Rindge dan Latin School. Atas prestasi itu, dia mendapatkan beasiswa sebesar US$ 2.500 (sekitar Rp 24 juta) di Kota Cambridge.
Kini ia meringkuk di tahanan menunggu kelanjutan proses hukumnya, Jika terbukti bersalah, dia bisa dijatuhi hukuman mati.
BOSTON CHANNEL | TRIP B
Hangat:
Kisruh Kartu Jakarta Sehat | Menkeu Baru | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah
Perlu baca:
EDSUS Jala Cinta dan Uang Fathanah
Teroris Barbar Beraksi di Inggris
Tunisia Tahan Amina Tyler, Demonstran Bugil
Kisah Tahanan Lolos dari Penjara Kejam Korea Utara