TEMPO.CO, Gwangju - Muncul di panggung konser pada malam anugerah Gwangju Prize for Human Rights Award di Gedung Yayasan Memorial 18 Mei, wajah Kim Jong Ryul tampak tenang dengan senyum santun. Padahal, lagu "mars cinta" ciptaan bekas kolonel tentara Korea Utara ini baru saja dinyanyikan sejumlah artis, dan seolah meledakkan panggung pagelaran pada malam itu. (lIHAT: Lagu Haram Percepat Kepulangan Presiden Korea)
Musik-musik karya dia dinyanyikan oleh seluruh anggota konser-mulai dari artis profesional, penyanyi koor di Gwangju, hingga puluhan anak-anak. Peserta memadati ruangan konser hingga akhir. Rupanya ada yang ditunggu, yakni lagu "mars cinta" yang menjadi penutup seluruh konser. Mula-mula beberapa artis menyanyikannya dengan langgam pelan-lantas diulang dengan tempo cepat, meledak-ledak.
Tamu-tamu yang tadinya duduk dengan sopan, tiba-tiba berdiri, mengacung-ngacungkan tangan, bahkan ada yang menandak-nandak penuh semangat sambil menyajikan mars ini.
Saat Tempo menemuinya sehabis konser, Jong Ryul mengatakan: "Ini sebuah lagu cinta yang indah, sebuah mars untuk mengenang yang pergi-dan apa yang salah dengan lagu ini sehingga dilarang?," ujarnya sembari tersenyum.
Sang komposer meneruskan, dia berharap lagu ini dapat dinyanyikan oleh siapa pun di negerinya, entah rakyat biasa, atau presiden sekali pun.
HERMIEN Y. KLEDEN, WAHYU MURYADI (GWANGJU, KOREA SELATAN)
Topik terhangat:
PKS Vs KPK | E-KTP | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah | Perbudakan Buruh
Berita lainnya:
EDISI KHUSUS Cinta dan Wanita Ahmad Fathanah
Tempo Raih Anugerah Khusus di Forum HAM Dunia
Forum HAM Gwangju, Sejarah Buruk Perlu Dikenang
Tokoh Gwangju Prize For Human Rights Sebelum Tempo