TEMPO.CO, Gwangju--Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye hadir hanya sekitar 10 menit lebih dalam acara akbar mengenang korban peristiwa berdarah di Gwangju, Korea Selatn, pada Sabtu pagi 18 Mei 2013. Bertempat di Taman Makam Nasional Mangwoldong Gwangju, acara ini dihadiri ribuan tamu dari berbagai belahan Korsel dan luar negeri.
Perwakilan pemerintah, diplomat, akademisi, wartawan, para aktifis HAM dari Asia, Afrika, Amerika Serikat dan Eropa memadati ribuan kursi yang dijajarkan di pelataran utama taman. Sekitar pukul 10.30 waktu setempat Presiden Park tiba di lokasi. Polisi membuat pengamanan sejak dua hari sebelumnya. Ratusan polisi berbaris rapat mulai dari depan taman makam hingga ke hutan-hutan di sekitarnya.
Dalam pidatonya selama 3 menit lebih, Presiden menyatakan "Saya tahu dukacita kehilangan jiwa-jiwa ini tak mudah dipulihkan, dan hati saya ada bersama Anda sekalian, warga Gwangju." Sang Presiden lantas mengajak seluruh warganya bersama-sama mengupayakan perbaikan ekonomi Korea: "Kondisi ekonomi negeri kita sudah jauh lebih baik, tapi banyak hal belum memuaskan, dan saya mengajak Anda sekalian bahu-membahu memajukan ekonomi kita. Unifikasi (dengan Korea Utara( bukannya tidak penting, dan tetap kita upayakan. Tapi perbaikan ekonomi merupakan urgensi yang harus terus kita gagas," ujarnya. Layar raksasa di pelataran utama makam, memajang wajah Presiden Park.
Sesaat seusai pidato Presiden, seorang pria memekik lantang dengan nada amarah. Dia adalah satu dari warga kota yang menyaksikan peristiwa berdarah 18 Mei. Polisi segera membekuk pria itu dan menyeretnya ke luar dari lokasi upacara seraya membekap mulutnya.
Tiba-tiba tanpa komando hampir seluruh warga kota di acara itu berdiri menyanyikan.... "lagu haram" berjudul Untuk Cintaku,-sebuah "mars cinta" untuk mengenang para korban Gwangju yang dikarang oleh komposer Korsel Kim Jong Ryul..
Kaum tua, muda, bahkan anak-anak sekolah, bernyanyi dengan lantang seraya memekik-mekik dan mengacungkan tangan ke udara. Beberapa gadis muda menitikkan air mata: "Memang kami lahir jauh setelah peristiwa ini, tapi jiwa-jiwa itu pergi terlalu cepat, dicabut begitu saja," ujar seorang gadis muda sembari terisak-isak.
Sebelum mars itu kelar dilagukan, pembawa acara mengumumkan kepulangan Presiden. Tempo menghubungi dua anggota panitia-yang tak mau disebut namanya-- untuk menanyakan mengapa Presiden hadir hanya 10 menit-padahal dalam jadwal resmi seharusnya lebih dari itu. "Mungkin mars yang kami nyanyikan tadi, mempercepat kepulangan beliau. Seoul meminta kesepakatan kami agar lagu ini tidak dinyanyikan saat Presiden hadir-tapi bagaimana Anda mencegahnya?" ujar keduanya berganti-ganti.
Presiden Korsel sekarang adalah putri almarhum mantan Presiden Chun Doo-hwan yang dikenang dengan pahit oleh banyak warga kota ini. Pembantaian Gwangju, yang kemudian dikenal dengan istilah Gerakan Demokratisasi Gwangju berlangsung di bawah rezim Chun Doo-hwan.
HERMIEN Y. KLEDEN, WAHYU MURYADI (GWANGJU, KOREA SELATAN)
Topik terhangat:
PKS Vs KPK | E-KTP | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah | Perbudakan Buruh
Berita lainnya:
EDISI KHUSUS Cinta dan Wanita Ahmad Fathanah
Tempo Raih Anugerah Khusus di Forum HAM Dunia
Forum HAM Gwangju, Sejarah Buruk Perlu Dikenang
Tokoh Gwangju Prize For Human Rights Sebelum Tempo