TEMPO.CO, Washington - Di bawah tekanan untuk melawan kekerasan seksual, angkatan bersenjata Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir meluncurkan program pendidikan tentang perilaku seksual yang tepat. Dalam pelatihan itu, selain teori, peserta juga mengikuti serangkaian pendidikan melalui metode seperti bermain peran dan permainan video.
Kini, pelatihan itu dianggap gagal mencegah apa atas yang disebut pekan lalu sebagai "krisis", setelah Pentagon melaporkan kenaikan 37 persen jumlah kasus kekerasan seksual di kalangan militer pada tahun 2012. Selain itu, militer menderita malu yang mendalam ketika personel yang bekerja untuk mencegah serangan seksual justru melakukan kejahatan seks bulan ini di sebuah area parkir.
Menteri Pertahanan Chuck Hagel menyatakan akan membahas masalah ini dengan semua komandan pasukan untuk memastikan pelatihan yang tepat. Juga akan dibahas tindakan bagi pelaku dan korban kekerasan seksual.
Selama lima tahun, militer AS meluncurkan kampanye anti-kekerasan seksual bertajuk "I am Strong". Ada 10 aturan yang harus dipenuhi seorang prajurit, yang dikenal sebagai "10 aturan tentang seks".
Semua anggota Angkatan Udara setiap tahun harus mengikuti satu jam tatap muka dengan topik serangan seksual. Semua layanan militer juga memiliki program untuk menghindari kekerasan seksual.
Namun hingga kini, pelatihan itu tak berefek, kata mantan personel militer Anu Bhagwati. Ia menyatakan, yang dibutuhkan saat ini adalah memperkuat sistem peradilan militer.
"Jalur pelatihan jelas bukan jalan keluar dalam persoalan ini," kata Bhagwati, yang kini menjadi direktur eksekutif Service Women's Action Network, yang mengkampanyekan isu-isu perempuan dalam angkatan bersenjata.
Dia mendesak militer untuk melakukan penuntutan kasus-kasus kekerasan seksual melalui jalur pengadilan, sehingga lebih mudah bagi para korban untuk mencari keadilan. "Pelatihan tidak secara signifikan yang menyebabkan perubahan perilaku," kata Bhagwati, yang membantu melaksanakan pelatihan pencegahan kekerasan seksual sebelum ia meninggalkan militer pada tahun 2004.
Jenderal Martin Dempsey, Kepala Staf Gabungan, mengatakan pekan lalu militer kehilangan kepercayaan dari anggota perempuan karena kekerasan seksual yang ia sebut sebagai "krisis." Namun menurutnya, mengubah budaya dalam angkatan bersenjata 1,4 juta orang merupakan tantangan besar.
REUTERS | TRIP B