TEMPO.CO, Dubai - Media Iran, Senin 22 April 2013 melaporkan, Iran dan Badan Pengawas Buklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), akan melakukan pembicaraan lebih lanjut atas program nuklir Teheran, 21 Mei 2013 di Wina. Belum ada konfirmasi dari IAEA soal tanggal ini.
Kantor berita Iran, ISNA awalnya melaporkan bahwa pertemuan akan diadakan pada 21 Mei. Tapi ISNA, mengutip seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya mengatakan, ini hanya "kesepakatan awal" dan tanggal dapat digeser satu atau dua hari.
Pembicaraan IAEA-Iran dilakukan secara terpisah, meski memiliki hubungan penting, dengan negosiasi diplomatik antara Teheran dan enam kekuatan dunia soal nuklir negara itu.
Negara-negara Barat mencurigai Iran berusaha mengembangkan kemampuan untuk memproduksi senjata nuklir dengan kedok program energi atom untuk tujuan sipil. Iran membantah tudingan itu dan mengatakan bahwa pengayaan uranium itu untuk energi listrik.
Tapi penolakan Iran untuk mengekang kegiatan nuklir yang sensitif dengan aplikasi sipil dan militer dan kurangnya keterbukaan terhadap pemeriksaan IAEA menyebabkan adanya sanksi dari PBB dan negara Barat.
Pekan lalu, sebuah sumber diplomatik mengatakan bahwa pertemuan di Wina bulan Mei itu baru kemungkinan, tapi belum ada tanggal pasti.
Jika benar-benar terjadi, itu akan menjadi putaran negosiasi ke 10 antara kedua belah pihak sejak awal 2012. Sejauh ini belum ada kesepakatan yang memungkinkan badan pengawas PBB untuk melanjutkan penyelidikannya yang terhenti ke fasilitas nuklir Iran.
Seorang diplomat Barat di Wina menyatakan kecil peluang putaran pembicaraan berikutnya itu akan lebih berhasil dibandingkan sebelumnya.
Jika pertemuan tersebut benar terjadi, itu akan berlangsung sesaat sebelum IAEA mengeluarkan laporan kuartal berikutnya soal program nuklir Iran dan menjelang pertemuan IAEA yang diikuti 35 negara, Dewan penyusunan kebijakan, pada 3-7 Juni, di mana sengketa nuklir Iran akan menjadi salah satu agendanya.
"Kami telah melihat permainan ini sebelumnya," kata diplomat Barat yang kritis terhadap Iran. "Iran tampaknya tidak punya niat untuk terlibat dalam dialog yang nyata ... hanya mempertahankan ilusi adanya kemajuan untuk menangkis tanggapan keras dari masyarakat internasional."
Berbicara di Jenewa pada hari Senin, pejabat non-proliferasi nuklir Uni Eropa Jacek Bylica mengatakan, Uni Eropa "sangat prihatin" soal program nuklir Iran.
"Tujuan kami tetap untuk mencapai penyelesaian jangka panjang yang komprehensif, yang akan memulihkan kepercayaan internasional dalam sifat khusus program nuklir Iran untuk tujuan damai," kata Bylica, dalam sebuah pernyataan.
Beberapa analis mengatakan, kepemimpinan Republik Islam Iran mungkin tidak bersedia atau tidak bisa membuat keputusan penting soal negosiasi nuklir sebelum pelaksanaan pemilihan presiden Juni mendatang.
Reuters | Abdul Manan