TEMPO.CO, Aleppo - Tembak-menembak sempat berhenti di salah satu zona tempur utama dari kota terbesar di Suriah, Aleppo, Selasa, 16 April 2013, untuk memberikan kesempatan kepada aktivis kemanusiaan untuk mengumpulkan sekitar 31 mayat yang telah membusuk di tengah puing-puing garis depan pertempuran. Ini merupakan gencatan senjata pertama dalam pertempuran yang berlangsung berbulan-bulan di kota di sebelah utara Damaskus itu.
Pekerja Bulan Sabit Merah dan anggota Dewan Oposisi Lokal melaju ke tepi distrik kelas pekerja al-Sakhour di utara Aleppo untuk mengambil korban tewas, yang sebagian besar warga sipil. Menurut sumber sipil dan pekerja kemanusiaan, sebagian besar dari mereka menjadi korban penembak jitu saat tentara pemberontak dan pemerintah dari dua pihak terlibat dalam kontak senjata.
Aleppo Media Centre milik oposisi mengatakan sebagian besar mayat, termasuk anak-anak, sudah membusuk. Beberapa di antaranya telah berbaring di jalanan dan di antara bangunan selama berbulan-bulan. Kelompok pemantau di Aleppo mengatakan tiga mayat ditemukan dengan tangan terikat dan empat dibakar.
Rekaman video yang diambil oleh Aleppo Media Centre menunjukkan ada kantong mayat biru, abu-abu, dan putih berisi mayat yang diturunkan di sebuah sekolah oleh pria yang memakai masker dan sarung tangan.
"Mereka tergeletak di tanah tak bertuan dan membusuk. Dengan perubahan cuaca, saya kira pihak lain (tentara pemerintah) khawatir tentang penyebaran penyakit dan (situasi ini) memungkinkan terjadinya gencatan senjata," kata seorang komandan pemberontak.
"Mereka kebanyakan penduduk setempat. Beberapa di antaranya telah melarikan diri dan datang kembali untuk memeriksa rumah mereka yang berada di garis depan, dan menjadi korban penembak jitu tentara pemerintah," kata komandan tersebut.
Sebagian besar Aleppo, yang pernah menjadi pusat komersial kosmopolitan, telah jatuh ke pasukan oposisi Islamis Sunni dalam pemberontakan dua tahun terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad. Namun, pasukan pemerintah masih menguasai distrik-distrik penting di kota itu.
Reuters | Abdul Manan