TEMPO.CO , Jakarta:Muhammad Syamsi Ali ternyata memiliki masa kecil yang unik. Dia seorang anak bengal. Ia menunjukkan tanda kebengalannya di lengan kiri. “Nih, bengkok,” kata pria kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan, 44 tahun lalu, ini, dalam obrolannya dengan Tempo di Jakarta, Kamis pekan lalu. Bengkoknya tangan Syamsi ini karena kenakalannya. Tapi justru kebandelannya itulah yang kemudian membengkokkan jalan hidupnya.
Muhammad Syamsi Ali telah 16 tahun tinggal di New York, Amerika Serikat. Bukan sekadar warga biasa. Ayah lima anak ini adalah imam dan Ketua Yayasan Masjid Al-Hikmah, yang didirikan muslim Indonesia di Astoria. Ia juga Direktur Jamaica Muslim Center di Queens.
Ia mengisahkan masa kecilnya sebagai anak bengal. Berkelahi seolah menjadi kegiatannya sehari-hari. Suatu ketika, ia memimpin rombongan gembala kerbau kampungnya untuk menyerang gembala kampung lain karena berebut pakan kerbau. Saat itulah ia terjatuh dari kuda, dan tangan kirinya patah.
Karena dia nakal, orang tuanya, Ali Kadrun dan Inong Tippang, memasukkannya ke Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam di Ujungpandang (Makassar). Tak disangka, ia betah. Tapi bukan karena ia menyukai pelajaran agama, melainkan ada pelajaran ekstrakurikuler silat. Hobi berkelahinya pun tersalurkan. Bahkan ia menjadi juara dalam kejuaraan silat antar-siswa di Bandung pada 1985.
Meski tak rajin belajar, nilai akademisnya ternyata cukup baik, kecuali matematika. Setelah tamat dari pesantren, Syamsi mendapat beasiswa untuk belajar di Pakistan. Ia tamat sarjana bidang tafsir dan master bidang perbandingan agama. Kedua-duanya di International Islamic University, Islamabad, Pakistan. Ia pun langsung ditawari mengajar di Arab Saudi. (Baca wawancara lengkap Tempo dengan Muhammad Syamsi Ali)
HERU TRI
Topik terhangat:
Sprindik KPK | Partai Demokrat | Serangan Penjara Sleman | Harta Djoko Susilo | Nasib Anas
Berita Lainnya
Melawan Stigma Negatif Skizofrenia
Gaun Pengantin Kenangan Abadi Didi Budiardjo
Perjuangan Kartini Asal Molo Peraih Goldman