TEMPO.CO, CANBERRA—Kontroversi mengenai bekas perdana menteri Inggris, Margaret Thatcher, terus berlangsung meski ia telah wafat Senin lalu. Pro-kontra bahkan sempat memanaskan politik dalam negeri Australia, salah satu anggota Persemakmuran Inggris.
Kemarin, Menteri Luar Negeri Australia, Bob Carr, terang-terangan menyebut Thatcher rasis. Ini diungkapkannya kepada stasiun televisi Australia, ABC.
“Dia mengatakan kepada saya bahwa Australia harus mewaspadai melonjaknya imigran Asia. Jika dibiarkan berlanjut, maka jumlah imigran Asia akan melampaui penghuni keturunan Eropa,” kata Carr mengenang pertemuan yang berlangsung sesudah Thatcher pensiun.
Pernyataan Thatcher, ujar Carr, membuatnya sangat terperanjat. “Saya terlalu terkejut sehingga tidak bisa memberikan tanggapan yang pantas,” ia menambahkan.
Politisi asal Partai Buruh Australia itu tidak asing dengan imigran Asia. Istri Carr, Helena, merupakan warga Australia kelahiran Malaysia. Kejengkelan Carr atas pernyataan itu semakin bertambah karena Thatcher mengungkapkan hal tersebut saat sang istri berada tak jauh dari keduanya. “Untunglah saat itu istri saya tidak mendengarnya.”
Ucapan perdana menteri negara bagian New South Wales itu langsung mendapat kecaman kelompok oposisi. Mereka menilai Carr pengecut karena menyerang sang Baroness—gelar kebangsawanan Thatcher—hanya beberapa jam setelah ia mangkat.
“Pernyataan Carr merupakan upaya kejam untuk membunuh karakter salah satu pemimpin terbesar abad 20,” ujar Julie Bishop, juru bicara urusan luar negeri oposisi Australia. Bishop kemudian mendesak Carr meminta maaf kepada keluarga Thatcher.
Tudingan penjahat perang terhadap Thatcher juga dilontarkan oleh politisi Australia, David O’Bryne. Dalam akun Twitter, pria anggota parlemen negara bagian Tasmania itu menyatakan Thatcher bertanggung jawab atas tenggelamnya kapal Argentina, Jenderal Belgrano, dalam perang Falkland, tiga dekade lalu.
Namun hal ini langsung disanggah oleh Eric Abetz, anggota parlemen federal dari Partai Liberal. “Tudingan itu sangat kejam dan mempermalukan negara.”
L BBC | THE TELEGRAPH | SITA PLANASARI AQUADINI