TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris David Cameron mendesak Argentina untuk menghormati keinginan warga Kepulauan Falkland yang ingin tetap menjadi bagian dari Inggris.
Sebanyak 99,8 persen dari pemilih yang berada di kepulauan di Atlantik Selatan yang disengketakan Inggris dan Argentina itu mengatakan tetap ingin menjadi bagian dari Inggris. Hanya tiga dari 1.517 suara yang mengatakan "tidak".
Warga di kepulauan itu menggelar referendum Sabtu-Ahad lalu, 9-10 Maret 2013, menanggapi kerapnya Presiden Argentina Cristina Kirchner menyuarakan masalah kedaulatan negaranya.
Argentina menolak referendum itu dan tidak akan mempengaruhi klaimnya terhadap Falklands, yang gagal direbut dari Inggris dalam perang singkat tapi berdarah pada tahun 1982. Argentina menyebut daerah itu sebagai Las Malvinas.
Amerika Serikat mengatakan sudah mencatat pemilihan itu, namun menolak untuk berpihak dalam sengketa wilayah tersebut. "Para penduduk telah jelas menyatakan preferensi mereka untuk melanjutkan hubungan dengan Inggris," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Victoria Nuland.
"Seperti disampaikan, kami jelas mengakui bahwa ada perebutan klaim atas daerah itu dan posisi formal kami belum berubah. Kami mengakui bahwa secara de facto kepulauan itu dalam administrasi Inggris. Tapi kami tidak mengambil posisi pada klaim kedaulatan (oleh Argentina)."
"Warga Falkland tidak bisa berbicara lebih jelas dari itu. Mereka ingin tetap menjadi bagian dari Inggris dan pandangan ini harus dihormati oleh semua orang, termasuk oleh Argentina," kata David Cameron.
Ia kemudian menelepon Ketua DPR Falkland dan mengucapkan selamat atas hasil referendum. Dia juga memperingatkan jika ada tindakan militer oleh Argentina pasca-referendum itu. "Orang-orang harus tahu kita akan selalu berada di sana untuk membela mereka," katanya.
Pengamat internasional dari Kanada, Cile, Meksiko, Selandia Baru, Paraguay, Amerika Serikat, dan Uruguay, yang memantau pelaksanaan referendum selama dua hari itu, menyatakan, pelaksanaan pemilihan suara berlangsung "bebas dan adil".
Namun Argentina berkeras bahwa referendum itu tidak ada artinya. Alicia Castro, Duta Besar Argentina di London, menyebut referendum itu sebagai "taktik" untuk mengurangi kelemahan klaim Inggris atas kepulauan itu.
"Ini hasil yang sangat diprediksi karena penduduk Malvinas saat ini adalah orang Inggris. Tapi, wilayah di mana mereka tinggal bukan (Inggris)," katanya. Dia sebelumnya menyebut referendum itu sebagai "manuver yang tak memiliki dasar hukum".
THE AUSTRALIAN | ABDUL MANAN