TEMPO.CO , Karakas - Mendiang Presiden Venezuela Hugo Chavez dan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad dikenal bersahabat. Begitu mendapat kabar Chavez meninggal, Ahmadinejad bertolak ke Venezule untuk melayat. Dia pun memeluk ibunda Chavez untuk menunjukan simpatinya.
Namun, tindakan Ahmadinejad itu dikritik ulama-ulama Iran, karena dinilai bertentangan dengan ajaran Islam. Kritikan itu antara lain ditunjukan pemimpin Islam dari Isfahan, Iran, Mohammad Taghi Rahbar. Menurut dia, Ahmadinejad lepas kontrol saat memeluk Elena Frias de Chavez.
Rahbar menjelaskan bahwa berjabat tangan dengan perempuan bukan mahram (yang tidak ada hubungan keluarga), dalam keadaan apa pun, apakah tua atau muda, tidak diizinkan. "Memeluk atau mengekspresikan emosi adalah tidak pantas bagi martabat presiden sebuah negara seperti Republik Islam Iran," kata Rahbar.
Anggota parlemen Iran, Mohammad Dehghan, mengatakan pelukan Ahmadinejad dengan perempuan 78 tahun itu menunjukan 'penyimpangan terkini'. Istilah itu digunakan oleh sekutu pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei untuk menunjukan pemerintahan Ahmadinejad.
Bukan cuma sentuhan fisik Amadinejad dengan ibunda Chavez yang dikritik ulama-ulama Iran. Pemimpin agama Ayatollah Ahmad Khatami juga mengeritik ucapan Ahmadinejad yang mengatakan bahwa Chavez akan bangkit kembali bersama Yesus dan Imam Mahdi menjelang hari akhir.
"Aku mengatakan secara langsung bahwa dia berjalan terlalu jauh," kata Khatami. Dia menambahkan presiden seharusnya mengungkapkan rasa duka citanya dengan sikap yang lebih diplomatis tanpa konotasi agama.
YNETNEWS I AMIRULLAH
Berita terpopuler:
Penghafal Al Quran Bisa Masuk Fakultas Kedokteran
Brimob Jaga Lokasi Penangkapan Kelompok Hercules
Duit Suap Djoko untuk DPR Diberikan di Parkiran
Dukungan Polri di Bawah Kemendagri Meluas