TEMPO.CO, Caracas - Kabar meninggalnya Presiden Venezuela, Hugo Chavez, tak hanya menimbulkan kesedihan bagi kerabat, pendukung, dan pimpinan negara sahabat, tetapi juga menimbulkan perebutan pucuk pimpinan. Sesuai konstitusi Venezuela, pengganti sementara presiden yang mangkat adalah Ketua Dewan Nasional, Diosdado Cabello. Menurut undang-undang, dia berhak menjadi presiden sementara. Ketentuan itu diberlakukan menyusul kematian Presiden Hugo Chavez.
Cabello, yang baru-baru ini terpilih kembali sebagai Ketua Dewan, paling berhak menjadi presiden caretaker selama Hugo Chavez tidak kunjung pulih usai menjalani operasi kanker di Kuba. Namun demikian, bunyi undang-undang konstitusi soal suksesi, yang menempatkan Cabello sebagai presiden sementara dapat bertentangan dengan posisi Nicolas Maduro, wakil presiden. Selama ini dia yang ditunjuk oleh Chavez sebagai penggantinya.
Beberapa jam setelah kematian Chavez, Menteri Luar Negeri Elias Jaua menegaskan kembali mengenai harapan akhir Chavez bahwa Maduro bakal menjadi presiden dan selanjutnya akan menyelenggarakan pemilihan umum dalam tempo 30 hari.
Maduro, pengganti Chavez yang berusia 50 tahun itu, adalah bekas seorang sopir bus yang tumbuh di lingkungan Partai Sosialis dan pernah menjadi Menteri Luar Negeri pada 2006. Dia terpilih menjadi Wakil Presiden Venezuela pada Oktober 2012. "Beliau adalah pilihan utama sebab totalitas dan loyalitasnya terhadap Chavez tak diragukan," kata Ysrael Camero, profesor dan pengamat politik di Universitas Sentral Venezuela kepada Al Jazeera.
AL JAZEERA | CHOIRUL