TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Pasukan Keamanan Malaysia melancarkan serangan militer, Selasa, 5 Maret 2013, untuk mengusir orang-orang bersenjata dari Kesultanan Sulu, Filipina Selatan, yang masuk ke Sabah. Kedua pihak terlibat dalam kontak senjata intensif sejak pekan lalu yang menyebabkan lebih dari 20 orang tewas.
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, dalam pernyataan yang disiarkan kantor berita nasional Bernama, mengatakan, negosiasi dengan tentara dari Kesultanan Sulu, yang jumlahnya 100 sampai 300 orang, gagal. "Pukul 7 pagi ini, pasukan keamanan melancarkan serangan di Desa Tanduo," kata Najib.
Baca Juga:
"Semakin lama invasi ini berlangsung, jelas kepada pihak berwenang bahwa mereka tidak berniat untuk meninggalkan Sabah," kata Najib Razak. "Pemerintah harus mengambil tindakan untuk menjaga martabat dan kedaulatan negara seperti yang diminta rakyat Malaysia."
Tentara dari Kesultanan Sulu itu tiba di Lahad Datu, wilayah timur Sabah, sejak 11 Februari lalu. Dipimpin oleh Agbimuddin Kiram, adik Sultan Jamalul Kiram III, mereka mengklaim daerah itu sebagai bagian dari tanah mereka. Menurut Kesultanan Sulu, daerah Sabah yang sekarang menjadi bagian Malaysia itu dulunya merupakan wilayah mereka yang disewakan kepada perusahaan Inggris pada 1878.
Setelah lebih dua pekan dikepung pihak keamanan Malaysia, akhirnya terjadi kontak senjata. Bentrokan pertama terjadi Jumat, 1 Maret 2013 lalu di Lahad datu, yang menewaskan dua polisi Malaysia dan 12 tentara Sulu. Bentrokan itu berlanjut keesokan harinya di Simunul, Kota Semporna. Kontak senjata yang terakhir ini menewaskan enam polisi Malaysia dan 11 pendukung Kesultanan Sulu.
Baca Juga:
Inquirer.net | Abdul Manan