TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, menyerukan perlunya tindakan drastis terhadap orang bersenjata Filipina setelah insiden mematikan di Lahad Datu dan Semporna, Sabah. "Tidak ada jalan keluar selain meluncurkan serangan balik untuk mengusir mereka," katanya.
Menurutnya, apa yang dilakukan sekelompok orang yang mengaku dari Kesultanan Sulu sudah di luar batas dan berkaitan dengan kedaulatan suatu bangsa. "Meskipun akan banyak menelan korban jiwa, hal ini tidak dapat dihindari karena mereka telah menyerang Sabah, bukan sebaliknya," katanya kepada wartawan.
Baca Juga:
Namun, Mahathir memperingatkan pihak berwenang harus siap untuk pembalasan dari sisa-sisa kelompok setelah mereka hancur atau menyingkirkan dari Sabah.
Ia mengatakan Angkatan Laut Kerajaan Malaysia perlu mengetatkan pengawasan terhadap perairan Sabah dan memeriksa kapal dari Tawi-Tawi dan kepulauan Jolo yang bisa menjadi jalur untuk menyelundupkan penyusup atau senjata.
"Kita tidak bisa meremehkan mereka, meskipun pada awalnya kita berpikir bahwa usaha mereka untuk menguasai kembali Sabah adalah tindakan sia-sia, tetapi mereka dapat menjadi gerilyawan dan melancarkan serangan sporadis di masa depan," katanya.
Baca Juga:
Mahathir menyatakan langkah yang diambil dengan menerjunkan polisi untuk menindak mereka pertama kali adalah keliru. Pasalnya, ancaman di Lahad Datu adalah ancaman eksternal, bukan internal. "Ancaman eksternal semestinya ditangani oleh angkatan bersenjata, sementara ancaman internal ditangani oleh polisi," katanya.
Pemerintah Malaysia memutuskan mengirim ratusan tentara ke ujung Pulau Kalimantan, Sabah hari ini. Langkah ini dilakukan untuk membantu menetralisir penyusup bersenjata dari Filipina yang telah menewaskan delapan polisi. Insiden ini adalah darurat keamanan paling berdarah di negara itu dalam beberapa tahun ini.
Sembilan belas orang bersenjata yang mengaku dirinya berasal dari kesultanan Sulu tewas selama pertempuran yang berlangsung sejak Jumat.
Kelompok utama dari penyusup terdiri dari hampir 200 orang Muslim Filipina. Mereka berhasil menyelinap dari pengawasan patroli angkatan laut akhir bulan lalu, mendarat di sebuah desa pantai terpencil di bagian timur Malaysia, Lahad Datu. Mereka bersikeras wilayah itu adalah milik mereka.
MALAYSIAN INSIDER | AP | TRIP B