TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Malaysia mengirim ratusan tentara ke ujung Pulau Kalimantan, Sabah. Langkah ini dilakukan untuk membantu menetralisir penyusup bersenjata dari Filipina yang telah menewaskan delapan polisi. Insiden ini adalah darurat keamanan paling berdarah di negara itu dalam beberapa tahun ini.
Sembilan belas orang bersenjata yang mengaku dirinya berasal dari kesultanan Sulu tewas selama pertempuran yang berlangsung sejak Jumat.
Baca Juga:
Kelompok utama dari penyusup terdiri dari hampir 200 orang Muslim Filipina. Mereka berhasil menyelinap dari pengawasan patroli angkatan laut akhir bulan lalu, mendarat di sebuah desa pantai terpencil di bagian timur Malaysia, Lahad Datu. Mereka bersikeras wilayah itu adalah milik mereka.
Perhatian publik terfokus pada bagaimana meminimalkan korban sambil menahan para penyusup. Mereka diduga tersebar di dua distrik lain, 300 kilometer dari Lahad Datu.
Tentara dikerahkan untuk membantu polisi meningkatkan kepercayaan publik dengan melakukan patroli di pesisir timur. "Situasi berada di bawah kendali sekarang," kata Kepala Kepolisian Sabah, Hamza Taib.
Baca Juga:
Sebelumnya diberitakan, sedikitnya lima polisi Malaysia tewas dalam tembak-menembak dengan sejumlah pria bersenjata di kota pantai Sabah. Pada insiden Sabtu malam waktu setempat, 2 Maret 2013 itu dua penyerang juga tewas. Peristiwa ini terjadi di sekitar 150 kilometer dari Distrik Lahad Datu, sebelah timur negara bagian Sabah. Sebelumnya, Jumat, 1 Maret 2013, 14 orang dilaporkan tewas setelah sejumlah anggota Kesultanan Islam dari Filipina menguasai sebuah desa, bulan lalu.
Menurut Kepala Kepolisian Nasional Malaysia, Islamil Omar, mereka mengklaim bahwa kawasan yang diduduki adalah milik mereka. Taib, mengatakan kepada televisi Malaysia, TV3, Kepolisian Diraja Malaysia dihujani tembakan oleh sekelompok orang berjumlah lebih dari 10 orang yang diduga berada di Kota Semporna. "Hingga saat ini otoritas setempat terus melakukan investigasi di tempat kejadian perkara di Lahad Datu," kata Taib.
AP | TRIP B