TEMPO.CO, Sabah - Sedikitnya lima polisi Malaysia tewas dalam drama tembak-menembak dengan sejumlah pria bersenjata di kota pantai Sabah, Kepulauan Borneo. Menurut pejabat Malaysia, di kawasan ini terdapat sekitar 200 warga Filipina bersenjata.
Pada insiden Sabtu malam waktu setempat, 2 Maret 2013 itu dua penyerang juga tewas. Peristiwa ini terjadi di sekitar 150 kilometer dari Distrik Lahad Datu, sebelah timur negara bagian Sabah. Sebelumnya, Jumat, 1 Maret 2013, 14 orang dilaporkan mati setelah sejumlah anggota Kesultanan Islam dari Filipina menguasai sebuah desa, bulan lalu.
Baca juga:
Menurut Kepala Kepolisian Nasional Malaysia, Islamil Omar, mereka mengklaim bahwa kawasan yang diduduki adalah milik mereka. Kepala Kepolisian Sabah, Hamza Taib, mengatakan kepada televisi Malaysia, TV3, Kepolisian Diraja Malaysia dihujani tembakan oleh sekelompok orang berjumlah lebih dari 10 orang yang diduga berada di Kota Semporna. "Hingga saat ini otoritas setempat terus melakukan investigasi di tempat kejadian perkara di Lahad Datu," kata Taib.
Tembak-menembak antara sejumlah pria bersenjata melawan petugas kepolisian dianggap sebagai krisis keamanan terbesar di Malaysia dalam kurun waktu beberapa tahun ini. Kejadian ini bermula dari pendaratan sekitar 200 warga Filipina di Lahad Datu pada 9 Februari 2013. Kedatangan ini dimaksudkan untuk menuntut dikembalikannya wilayah itu kepada mereka sebagai pemilik sah sejak tahun 1800 sesuai dokumen yang mereka miliki.
Mereka berkali-kali menolak seruan dua pemerintahan, Malaysia dan Filipina, agar meninggalkan Sabah, sebuah wilayah yang bisa dijangkau dengan perahu bermesin tempel dari provinsi di selatan Filipina.
Baca juga:
Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, Sabtu, 2 Maret 2013, mengatakan pemerintahannya tidak akan berkompromi dengan mereka. Jika tidak mengindahkan seruan petugas keamanan, "Mereka akan menghadapi konsekuensi serius."
Untuk mengusir para pria bersenjata pengikut Sultan Jamalul Kiram III asal Sulu, Filipina, petugas keamanan Malaysia menyebarkan brosur melalui helikopter di desa yang mereka duduki Sabtu, 2 Maret 2013. Isi brosur tersebut antara lain seruan supaya mereka menyerah. Selain itu, Malaysia dan Filipina telah mengepung wilayah tersebut dengan armada Angkatan Laut.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Baca juga:
Banjir Jakarta, Puncak Menolak Disalahkan
Longsor Puncak Akibat Alih Fungsi Lahan
Ratusan Vila Berdiri di Taman Nasional
Tak Boleh Ada Vila di Taman Nasional Gunung Halimun