TEMPO.CO, Manila -- Presiden Filipina Benigno Aquino meminta tentara Kerajaan Sulu yang terkait dengan bentrokan di Sabah, Malaysia, untuk menyerah agar pertumpahan darah lebih lanjut tak terjadi. Aquino, Ahad, 3 Maret 2013, meminta tentara Klan tersebut menyerah tanpa syarat.
Klan muslim dari Filipina, yang menyebut dirinya Tentara Kerajaan Sulu, telah menduduki Desa Lahad Datu sejak 11 Februari lalu. Mereka menuntut pengakuan sebagai pemilik sah Provinsi Sabah. Akibatnya, bentrokan terjadi, dan kemarin jatuh korban jiwa. Sebanyak 12 anggota klan dan dua polisi Malaysia tewas dalam bentrokan itu. (Lihat: Sabah Rusuh, Kesabaran PM Najib Habis)
Baca Juga:
Malaysia mengancam untuk mengambil tindakan tegas, kecuali mereka menyerah. Hamza Taib, kepala polisi wilayah Sabah, mengatakan kepada kantor berita AFP, "Kami ingin mereka segera menyerah. Jika tidak, mereka akan menghadapi tindakan tegas," ujarnya. Namun Taib enggan memberikan perincian lebih lanjut.
Persoalan ini bermula ketika ratusan orang bersenjata pengikut Sultan Jamalul Kiram III dari Kesultanan Sulu, Filipina selatan, mendarat di Lahad Datu, wilayah timur Sabah, Malaysia, 11 Februari lalu. Rombongan yang dipimpin Agbimuddin Kiram, adik Sultan, ini menuntut pengakuan dan pembayaran kompensasi dari pemerintah Malaysia.
Menurut sejarah, Sabah, yang sekarang menjadi bagian Malaysia, merupakan wilayah Kesultanan Sulu yang disewakan kepada pemerintah kolonial Inggris. Pada 1963, Sabah menjadi bagian dari Malaysia.
Baca Juga:
BBC | NUR ROCHMI
Baca juga:
Situasi Memanas, 600 TKI Diungsikan dari Sabah
Mr Marlboro Tewas di Mali
Sabah Rusuh, Pelabuhan Nunukan Dijaga Ketat
Gaun Pengantin Ini Terbuat dari Kue Raksasa