TEMPO.CO, Washington D.C—Chuck Hagel akhirnya resmi terpilih sebagai Menteri Pertahanan Amerika Serikat Selasa 26 Februari 2013 waktu setempat, setelah 58 anggota Senat menyepakati pilihan Presiden Barack Obama tersebut. Kemenangan Hagel cukup tipis karena 41 anggota Senat lainnya menentang bekas Senator asal Partai Republik itu memimpin Pentagon.
Partai Republik tempat ia bernaung, terbukti menjadi lawan politik terberat dalam pemilihan Menteri Pertahanan kali ini. Kondisi sempat stagnan selama dua pekan karena Republik menolak pencalonannya. Bahkan dalam pemungutan suara, hanya empat senator asal Republik yang memilihnya. Mereka adalah Thad Cochran dari Mississippi, Mike Johanns dari Nebraska, Richard Shelby dari Alabama dan Rand Paul asal Kentucky.
Keberatan Republik didasarkan pada sikap Hagel terhadap Israel dan Iran. Hagel dinilai terlalu mendukung Iran dan mengabaikan sekutu Negeri Abang Sam, Israel. “Saya berharap terpilihnya Hagel tidak membuat Iran semakin meningkatkan senjata nuklir. Saya juga berharap pemilihan ini tidak merusak aliansi dengan Israel,” kata Senator Republik asal Texas, Ted Cruz.
Sulitnya menduduki kursi panas Pentagon baru terjadi kali ini sejak 1989. Saat itu, Senat secara aklamasi menolak John Tower menjabat karena kegemarannya terhadap perempuan dan minuman keras. Leon M. Panetta, yang baru saja memimpin Pentagon selama empat tahun terakhir, malah terpilih secara aklamasi dengan angka 100 banding nol.
Kubu Republik mendesak Obama tetap mencalonkan Panetta atau Wakil Menteri Pertahanan Ash Carter, ketimbang Hagel. Padahal profil Hagel di bidang pertahanan cukup kinclong. Ia mendapat dua bintang tanda jasa karena ikut serta dalam perang Vietnam. Latar belakangnya dalam politik dianggap mumpuni untuk menghadapi tantangan berat di masa depan.
Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat merupakan pekerjaan rumah terbesar bagi Hagel yang dilantik kemarin. Dibanding departemen lain, Pentagon akan menghadapi pengurangan anggaran terbesar, yakni US $46 miliar atau Rp 446 triliun. Pemotongan tersebut akan efektif besok jika Obama dan Kongres Amerika Serikat tidak menemukan kata sepakat.
THE WASHINGTON POST | THE GUARDIAN | POLITICO | LOS ANGELES TIMES | SITA PLANASARI AQUADINI