TEMPO.CO, Havana - Kepastian mundurnya Presiden Kuba Raul Castro dari tampuk kepresidenan negeri itu terjawab sudah. Adik bungsu pemimpin legendaris Fidel Castro itu, Ahad, 24 Februari 2013 waktu setempat, menegaskan dirinya akan pensiun pada 2018. Saat itu, usia Raul akan mencapai 86 tahun. Usia yang cukup uzur bagi pemimpin sebuah negara.
Namun, penunjukan Raul terhadap Miguel Diaz-Canel sebagai calon orang nomor satu Kuba seusai ia lengser, menjadi kejutan bagi banyak pihak. Nama Diaz-Canel jarang terdengar, baik di dalam maupun luar negeri. Pria berusia 53 tahun yang kini menjabat sebagai satu dari delapan wakil presiden di kabinet ini merupakan orang kepercayaan Raul.
Baca Juga:
“Pendekatan Diaz-Canel sejajar dengan logika Raul,” kata Arturo Lopez-Levy, ekonom Kuba yang kini mengajar di Universitas Denver, Amerika Serikat. Raul dan Diaz-Canel dikenal memiliki kebijakan yang sangat hati-hati dalam semua sektor, berkebalikan dengan Fidel yang lebih populis tapi serampangan.
Pria berambut perak itu lahir di Kota Santa Clara, Kuba, pada 20 April 1960. Saat remaja, Diaz-Canel bukanlah pemuja puritan ideologi komunis. Ia memanjangkan rambutnya dan tergila-gila dengan kelompok musik asal Inggris, Beatles. Padahal, kegemarannya itu dapat mendatangkan masalah. Pasalnya, pemerintah Kuba sejak dulu melarang warga mendengarkan musik Barat.
Seorang sahabatnya menuturkan, Diaz-Canel diam-diam masih suka mendengarkan album band kebanggaan Kota Liverpool itu, hingga kini.
Ia lulus dari jurusan Teknik Listrik dan menjadi spesialis radio di militer Kuba. Selain itu, ia juga mengajar sebagai dosen di Universitas Pusat Las Villas. Keterlibatannya dalam politik terjadi sejak ia bergabung dalam kelompok pemuda Partai Komunis Kuba.
Pada 2003, ia ditunjuk sebagai anggota Dewan Nasional Kuba. Ia kemudian menjabat sebagai Menetri Pendidikan Tinggi pada 2009 dan didapuk menjadi Wakil Presiden di Dewan Menteri pada Maret tahun lalu. Selama 30 tahun berkecimpung di politik Kuba, ia selalu berada di balik layar dan sangat loyal kepada partai.
Profilnya mulai dikenal publik Kuba selama beberapa bulan terakhir karena selalu mendapat sorotan televisi pemerintah. Pada Januari lalu, Diaz-Canel berkunjung ke Venezuela sebagai juru kampanye Hugo Chavez, sekutu terbaik Kuba.
Meski usianya masih muda, penunjukan Diaz-Canel tetap mengecewakan oposisi Kuba. “Penunjukan ini sangat menarik karena Diaz-Canel bukanlah tokoh kharismatik,” ujar Alejandro Barreras, narablog On Two Shores dan warga Kuba yang eksil ke Miami, Amerika Serikat. “Ia tokoh boneka.”
AP | FINANCIAL TIMES | GLOBAL POST | MIAMI HERALD | SITA PLANASARI AQUADINI