TEMPO.CO, LONDON - Pendiri laman WikiLeaks, Julian Assange, menyatakan kini dirinya sedang memburu kursi senator Australia. Dalam wawancara dengan laman Australia, The Conversation, kemarin, Assange menegaskan jabatan ini akan menjadi kunci untuk mengakhiri masalah hukum yang kini menjeratnya.
“Jika saya berhasil menang dalam pemilu 14 September mendatang, Kementerian Kehakiman Amerika Serikat tidak akan memancing perseteruan diplomatik,” kata Assange dari lokasi suaka di Kedutaan Ekuador untuk Inggris di London.
“Saya yakin Amerika akan mencabut tuduhan mata-mata. Maka pemerintah Inggris akan segera mengikuti. Jika tidak, biaya politik bagi Inggris akan lebih besar,” ia menegaskan.
Rencana ini telah disusun matang oleh Assange dan koleganya. Pendukung WikiLeaks di Australia telah mendaftarkan Assange di Negara Bagian Victoria. Berdasarkan hukum di Benua Kanguru itu, setiap warga Australia berhak memilih dan mendaftar sebagai Senator. Syaratnya, ia harus meninggalkan Australia maksimal 3 tahun silam. “Saya terakhir berada di Australia pada Juni 2010,” tutur Assange.
Selain itu, pria kelahiran Queensland itu akan segera mendaftarkan partai baru, WikiLeaks. Kandidat partai ini bersama Assange juga akan bertarung dalam perebutan kursi senator di berbagai negara bagian. “Saya yakin partai ini dapat menarik minat 500 pendukung sebagai syarat minimal,” ujarnya.
Bila Assange terpilih tetapi berhalangan menempati jabatan senator, anggota partai lain akan menggantikan kedudukannya. “Partai ini akan mendukung transparansi di tubuh pemerintah,” ucap Sam Castro, juru bicara Perkumpulan Warga Australia WikiLeaks, dalam kesempatan terpisah.
Assange mencari suaka di kedutaan Ekuador sejak Juni lalu untuk menghindari rencana Inggris mengekstradisinya ke Swedia. Ia menghadapi tuntutan hukum pelecehan seksual dan pemerkosaan di negara Skandinavia tersebut.
Namun, yang menjadi kekhawatiran terbesar Assange adalah jika Swedia mengekstradisinya ke Amerika Serikat. Negara adidaya itu memang tengah memburu Assange atas tuduhan pembocoran dokumen-dokumen diplomatik rahasia.
Sejak 2010, WikiLeaks menjadi musuh Amerika Serikat karena mengungkap ratusan ribu dokumen rahasia mengenai perang Irak dan Afganistan. Selain itu, kelompok ini mengumbar pernyataan-pernyataan memalukan dari diplomat Negeri Abang Sam mengenai pemerintah tempat mereka ditugaskan.
L ASIAONE | THE GUARDIAN | CHANNEL NEWS ASIA | SITA PLANASARI AQUADINI
Berita Terpopuler Lainnya
Pengakuan Kolega Maharani Suciyono: 60 Juta/Bulan!
Wawancara Mucikari Ayam Kampus
Tujuh Partai Bergabung dengan PAN
Isak Tangis Warnai Ulang Tahun Raffi Ahmad
Sebab Meteor Rusia Tak Terdeteksi
Anas : Pidato SBY Sudah Jelas Top