TEMPO.CO, Washington - Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Leon Panetta, mengatakan bahwa serangan di Kosulat AS di Benghazi berlangsung sangat cepat dan tak memungkinkan militer AS untuk bertindak tepat waktu. Empat orang tewas dalam insiden itu, termasuk Duta Besar Chris Steven.
"Militer Amerika Serikat bukan dan tidak semestinya menjadi layanan 911 global yang mampu tiba di tempat kejadian hanya dalam beberapa menit untuk setiap kontingensi yang mungkin di seluruh dunia," katanya.
Bersaksi di Capitol Hill, Panetta mengatakan pemerintahan Obama berusaha untuk mengantisipasi ancaman protes di Tunisia, Mesir, ibukota Libya Tripoli, dan negara-negara lain. Pada saat yang sama, mereka juga mencoba bergerak cepat untuk merespons dua serangan terpisah di Benghazi.
"Posisi tim militer jauh dari Konsulat AS, membuat mereka sulit untuk merespons dengan cepat," katanya.
Panetta menyatakan kritik Partai Republik bahwa pemerintahan Obama mengabaikan tanda-tanda peringatan tentang serangan itu tidak berdasar. Kepala Pentagon ini menegaskan tidak ada tanda-tanda atau informasi intelijen tertentu tentang rencana serangan dalam waktu dekat. Enam bulan sebelum serangan, pemerintah hanya diberitahu tentang 281 ancaman terhadap misi diplomatik, konsulat, dan fasilitas lainnya di seluruh dunia, katanya.
Segera setelah serangan awal, Panetta mengatakan, dia memerintahkan pengiriman tim militer dari berbagai wilayah ke Benghazi, termasuk Marinir dari Spanyol dan tim operasi khusus yang tengah menjalani pelatihan di Eropa Tengah.
Kesaksiannya, setelah sebelumnya mendengarkan argumen Jenderal Martin Dempsey, membuat marah Senator John McCain, yang menuduhnya menjual kebohongan.
"Kesaksian Anda bahwa militer kita tidak memungkinkan respons yang cepat, palsu belaka," kata McCain. McCain menyatakan bahwa kemampuan militer memungkinkan angkatan bersenjata untuk campur tangan dalam waktu singkat.
AP | TRIP B