TEMPO.CO, Teheran - Tak semua rakyat Iran mendukung putaran baru dialog nuklir negara itu dengan Uni Eropa. Abdollah Haj-Sadeghi, tangan kanan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei di Garda Revolusi Iran, menyatakan pesimis terhadap hasil pembicaraan itu.
"Mereka tidak akan pernah mau berdialog dalam arti sebenarnya dan bernegosiasi," katanya di kota Qom. "Tujuan mereka adalah untuk menghambat revolusi Islam. Jika mereka tidak bisa menghilangkan revolusi Islam, mereka ingin melemahkan dan menghambat revolusi itu."
Menurutnya, sebuah revolusi dengan sifat religius tidak dapat berdamai dengan kesombongan.
Para pejabat Iran sering menggunakan istilah "arogan" untuk menunjuk negara-negara Barat. Tak jelas apakah omongannya ditujukan pada rencana pembicaraan dengan Uni Eropa atau prospek perundingan langsung dengan Amerika Serikat, musuh utama Iran.
Pernyataan Haj-Sadeghi kontras dengan pejabat tinggi Iran lainnya. Menteri Luar Negeri Ali Akbar Salehi sebelumnya mengatakan di Berlin pada hari Senin bahwa ia "optimistis" tentang apa yang dia lihat sebagai pendekatan baru dari Amerika Serikat mengenai Iran.
Shashank Joshi, pakar Timur Tengah di Royal United Services Institute, mengatakan pernyataan Haj-Sadeghi menunjukkan terfragmentasinya sistem politik Iran, di mana kekuasaan dibagi antara badan-badan terpilih dan tidak dipilih. "Komentar Haj-Sadeghi ini konsisten dengan pandangan Iran yang secara luas dipegang: bahwa sanksi adalah bentuk lanjutan tentang perubahan rezim," kata Joshi.
BBC | TRIP B