TEMPO.CO, Aljir - Aljazair menempatkan pasukan angkatan bersenjata di sepanjang garis perbatasan dengan Mali untuk mencegah penyusupan kelompok bersenjata yang melarikan diri dari Mali Utara.
"Angkatan bersenjata dikerahkan di sepanjang garis perbatasan, tapi kami tetap menyiapkan bala bantuan untuk mencegah infiltrasi kelompok teroris," kata Mohamed Baba Ali, anggota parlemen di kota garnisun Tamanrasset, kepada kantor berita AFP, Senin, 4 Januari 2013. "Tanpa bala bantuan di sana, bakal ada penyusupan teroris dari Mali Utara," kata Ali.
Aljazair, yang selalu menentang intervensi di Mali, enggan terseret dalam konflik ketika pemerintah setuju jet tempur Prancis menggunakan wilayah udaranya dan menutup garis perbatasan sepanjang 1.400 kilometer di sebelah selatan wilayah negara.
Menurut keterangan pejabat keamanan Prancis, Ahad, 3 Januari 2013, Aljazair menempatkan pasukannya di perbatasan setelah Angkatan Udara Prancis membombardir sasaran di Kidal, Mali Utara, sebagai upaya menghancurkan benteng pemberontak.
Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius, mengatakan serangan udara dimaksudkan untuk memotong jalur suplai ke para pemberontak. "Gempuran udara itu berhasil menghancurkan garis belakang pertahanan dan fasilitas penyimpanan (logistik)," kata Fabius kepada radio France Inter.
Fabius menjelaskan, pasukan Prancis dapat segera mulai ditarik dari kota yang belum lama ini dibebaskan dari pemberontak, Timbuktu. "Penarikan itu berlangsung sangat cepat," kata Fabius.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Terpopuler:
Wanita Prancis Pernah Diharamkan Pakai Celana
Politik Iran Panas, Ahmadinejad Diusir Parlemen
Mengintip 'Gereja' Kaum Atheis di London
Diancam Diperkosa, Grup Rock Batal Manggung
Aturan Aneh bagi Wanita di Sejumlah Negara
Ahmadinejad Siap Jadi Astronot Pertama Iran
Presiden India Setuju Hukum Mati Pemerkosa