TEMPO.CO, KAIRO—Kubu pemerintah dan oposisi Mesir akhirnya bertemu untuk mengakhiri krisis politik yang telah menelan 50 jiwa, kemarin. Pertemuan dihadiri oleh anggota kelompok Ihkwanul Muslimin, pendukung utama Presiden Muhammad Mursi, serta tokoh-tokoh oposisi seperti Muhammad ElBaradei dan politisi sayap kiri, Hamdeen Sabahi.
Membuka pertemuan, Rektor Universitas Al Azhar Mesir, Ahmed el-Tayeb, menyatakan dialog nasional dengan semua elemen masyarakat tergabung di dalamnya, merupakan satu-satunya cara untuk menyelesaikan seluruh perbedaan yang terus meruncing.
“Proses politik tidak ada hubungannya dengan kekerasan datau sabotase kesejahteraan siapapun. Dan nasib negara kita bergantung pada kepatuhan terhadap aturan yang berlaku,” kata doktor lulusan Universitas Sorbonne itu seperti dilansir stasiun televisi Al Jazeera.
Seusai presentasi, Tayyeb membagikan draf yang disusun oleh aktivis-aktivis muda Mesir kepada para politisi dan tokoh masyarakat yang hadir. Draf tersebut berisi seruan agar para pemimpin politik dari kedua kubu mengesampingkan kekerasan dan mengutamakan dialog.
Dalam akun Twitternya, Ahmed Maher, salah satu tokoh yang hadir dalam pertemuan tersebut menyatakan seluruh pemimpin partai politik bersedia menerima himbauan tersebut dan menekennya.
“Sebuah awal yang menjanjikan untuk mengakhiri kebuntuan politik dan krisis Mesir,” kata Ayman Nour, politisi liberal yang meninggalkan pertemuan lebih cepat.
Campur tangan universitas dan masjid agung kenamaan Mesir itu terpaksa dilakukan karena ancaman perpecahan semakin besar. Apalagi, Menteri Pertahanan Mesir sempat melontarkan prediksi bahwa perseteruan ini dapat berakhir dengan kehancuran Mesir.
Kehadiran sebagian tokoh oposisi dalam pertemuan tersebut juga menjadi sinyal posistif dalam kebuntuan politik. Sebelumnya, pihak oposisi hanya bersedia bertemu dan berunding dengan rezim Mursi jika perwakilan mereka dimasukkan ke dalam pemerintahan koalisi.
Dari Berlin, Mursi mengumumkan kabinet baru akan dibentuk setelah pemilihan parlemen pada April mendatang sebagai tanggapan atas desakan oposisi untuk membentuk pemerintahan koalisi. Ia pun mempersingkat waktu kunjungan ke Jerman menjadi satu hari dari jadwal dua hari.
L REUTERS | AL-JAZEERA | AL-AHRAM | SITA PLANASARI AQUADINI