TEMPO.CO, KAIRO--Krisis politik kembali mengguncang Mesir sejak pekan lalu menimbulkan kekhawatiran banyak pihak. Pemenang Nobel Perdamaian sekaligus tokoh oposisi Mesir, Muhammad ElBaradei, menyerukan dialog nasional antara oposisi dengan pemimpin Mesir guna mengatasi krisis ini.
"Kami menginginkan pertemuan segera antara Presiden, Menteri Pertahanan dan Menteri Dalam Negeri, partai berkuasa, gerakan Salafis dan Fron Penyelamatan Nasional untuk mengambil langkah-langkah guna menghentikan kekerasan dan memulai dialog serius," kata ElBaradei, kemarin.
Seruan ini disampaikan ElBaradei dua hari setelah oposisi menolak tawaran Presiden Muhamed Morsi untuk melakukan dialog guna menyelesaikan krisis ini. Namun bekas kepala Badan Atom Dunia itu tetap memberikan syarat agar Mursi menyetujui pembentukan pemerintahan koalisi.
Desakan senada dilontarkan Menteri Luar Negeri Jerman, Guido Westerwelle, sebelum kedatangan Mursi ke Berlin kemarin. “Kami menyaksikan gambaran kekerasan yang mengkhawatirkan dalam beberapa hari terakhir. Saya meminta kedua pihak agar segera berunding,” ujar Westerwelle dalam wawancara radio.
Kerusuhan mematikan telah melanda Mesir hampir sepekan terakhir. Lebih dari 60 orang telah tewas sejak kerusuhan terjadi di sejumlah kota Mesir. Pemicunya adalah kemarahan oposisi terhadap kepemimpinan Presiden Muhammad Mursi dalam ulang tahun kedua revolusi Mesir dan vonis mati terhadap 21 orang atas kerusuhan dalam pertandingan sepakbola lokal tahun lalu.
Sebelum bertolak ke Jerman, Mursi memberikan kewenangan kepada tiga pemerintahan provinsi di sepanjang Terusan Suez, untuk mengehentikan atau mengurangi jam malam yang sempat diberlakukan di wilayah tersebut. Keputusan ini diambil untuk meredam amarah rakyat yang menolak aturan tersebut.
Selasa lalu, Menteri Pertahanan Mesir, Abdel Fattah al-Sissi mengingatkan krisis politik ini dapat menyebabkan runtuhnya negara Mesir.
L AP | REUTERS | EURONEWS | SITA PLANASARI AQUADINI