TEMPO.CO, Tokyo - Jepang meluncurkan dua satelit untuk memperkuat kemampuan pengintaiannya, termasuk mendekatkan penglihatannya terhadap Korea Utara yang beberapa hari ini bersumpah untuk segera menggelar uji coba nuklir lagi. Janji pembalasan pemerintah Pyongyang itu menyikapi keluarnya resolusi PBB pekan lalu.
Salah satu di antara yang ikut diluncurkan hari ini adalah unit radar untuk melengkapi satelit pengintaian. Adanya radar itu memungkinkan Tokyo memonitor sejumlah tempat di dunia, setidaknya sekali dalam sehari. Lainnya adalah satelit yang berfungsi untuk mengumpulkan data untuk penelitian dan pengembangan.
Roket H-IIA diluncurkan dari pulau di sebelah selatan Tanegashima, Minggu, 27 Januari 2013, pukul 1.40 pm. "Roket terbang sesuai rencana dan melepaskan dua satelit," kata Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA), dalam sebuah pernyataan, yang mengkonfirmasi kesuksesan peluncurannya.
Dari ketinggian beberapa ratus kilometer, satelit radar akan mampu mendeteksi benda-benda di tanah yang besarnya satu meter persegi, termasuk di malam hari.
Perdana Menteri Shinzo Abe memuji kesuksesan peluncuran itu. Kata Abe, dalam pernyataan yang dimuat kantor berita NHK, "Ini dalam rangka meningkatkan keamanan nasional kita."
Badan Antariksa Jepang mengatakan, satelit radar akan digunakan untuk mengumpulkan informasi, termasuk data terkait gempa dan tsunami Jepang, dan tidak menyebutkan soal Korea Utara.
Peluncuran ini, yang dilakukan setelah keluarnya ancaman Pyongyang untuk melakukan uji coba rudal dan nuklir, menjadi salah satu indikasi kuat bahwa tindakan Tokyo itu sebagai antisipasi atas ancaman dari negara tetangganya itu.
Jepang juga diketahui mengembangkan sebuah rencana untuk menggunakan beberapa satelit untuk mengumpulkan informasi intelijen sejak akhir 1990-an sebagai tanggapan terhadap peluncuran rudal jarak jauh oleh Pyongyang pada tahun 1998.
Pyongyang bersumpah untuk membalas setelah PBB memperketat sanksi terhadap mereka terkait peluncuran rudal jarak jauh 12 Desember 2012 lalu. Amerika Serikat, didukung oleh Jepang dan Korea Selatan, yang mempelopori resolusi baru PBB itu. Pyongyang bersikeras bahwa peluncuran roket itu untuk misi damai, yaitu mengirim satelit ke orbit. Tetapi PBB melihatnya sebagai uji coba rudal balistik, yang itu dilarang oleh resolusi PBB setelah Korea Utara melakukan ujicoba nuklir pada tahun 2006 dan 2009.
Channel News Asia | Abdul Manan