TEMPO.CO, Washington - Amerika Serikat akhirnya memutuskan untuk turun tangan dalam konflik di Mali. Paman Sam akan membantu Prancis dalam menyediakan transportasi dan suplai bahan bakar pesawat udara. Menteri Pertahanan Leon Panetta mengatakan kepada menteri pertahanan Perancis, Jean-Yves Le Drian, bahwa Komando AS di Afrika akan memberikan dukungan pengisian bahan bakar udara.
Seorang juru bicara Pentagon mengatakan pejabat pertahanan kedua negara melalui pembicaraan telepon membahas misi pengisian bahan bakar dan topik lain selama percakapan ini, Ahad, 27 Januari 2013. Pesawat AS pengisi bahan bakar udara akan memberi dukungan udara untuk pasukan darat Prancis saat mereka memasuki wilayah Mali yang dikuasai militan yang terkait dengan al-Qaeda.
Sebelumnya, AS telah membantu Prancis dengan mengangkut pasukan Prancis dan peralatan ke negara Afrika Barat. Keterlibatan AS ini mengikuti Inggris yang sudah turun tangan sejak dua pekan lalu.
Negara-negara Barat mulai nimbrung pada konflik di negeri di Afrik Utara itu. Awalnya, usai kudeta Maret tahun lalu, Mali mulai kedodoran menghadapi para pemberontak, Jumat, 11 Januari 2013. Presiden Mali minta bantuan Prancis agar mengirimkan pasukannya guna mengatasi pemberontak yang menguasai wilayah utara. Prancis bersikeras melakukan operasi militer di Mali. Alasannya, keterlibatan mereka bertujuan mendukung pasukan PBB di Afrika Barat.
Pada Ahad, 13 Januari 2013 lalu, Inggris memutuskan untuk membantu Prancis. "Kedua pemimpin negara itu sepakat kondisi di Mali menimbulkan ancaman nyata bagi keamanan internasional," kata juru bicara tersebut.
Tawaran bantuan dari Perdana Menteri Inggris, David Cameron, ini dikhawatirkan bisa memprovokasi ancaman serangan pembalasan ke Eropa. Dengan bantuan dari Amerika Serikat, dikhawatirkan ancaman serangan pembalasan akan makin melebar ke AS.
NUR ROCHMI | AP | GUARDIAN