TEMPO.CO, Havana - Pemberontak Kolombia, Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC), membatalkan secara sepihak gencatan senjata yang telah disepakati dengan pemerintah. Gencatan senjata ini berlaku sejak dua bulan silam, hasil kesepakatan di Havana, ibu kota Kuba.
Pengumuman pembatalan itu disampaikan beberapa jam setelah Presiden Juan Manuel Santos mengeluarkan pernyataan bahwa pasukan keamanan siap melakukan tindakan tegas terhadap kebangkitan (para pemberontak).
FARC bersedia meneken gencatan senjata dengan pemerintah sebagai jalan menuju perdamaian di Kuba, dua bulan silam. Namun, pemerintah menolak beberapa usulan yang disampaikan FARC, karena kelompok ini dianggap melakukan konsolidasi kekuatan di masa jeda permusuhan.
Gencatan senjata antara FARC dan pemerintah bertujuan untuk mengakhiri konflik bersenjata yang telah berlangsung selama 50 tahun. Konflik ini diperkirakan telah menelan korban jiwa sebanyak 600.000 orang di Kolombia.
“Dengan perasaan yang menyakitkan, kami harus sampaikan bahwa kami terpaksa kembali ke panggung pertempuran yang tidak diinginkan oleh siapa pun,” kata juru runding FARC, Ivan Marquez, kepada wartawan sebelum memasuki sesi baru pembicaraan dengan perwakilan pemerintah Kolombia di Havana, ibu kota Kuba.
Pada kesempatan itu, dia mengatakan bahwa kelompoknya bersedia mengulang kembali (perundingan) gencatan senjata jika pemerintah memiliki niat yang sama secara bilateral.
“Saya ingin mengambil kesempatan ini sekali lagi dan meminta pemerintah Kolombia agar mempelajari kemungkinan dilakukannya gencatan senjata dari kedua belah pihak serta (mengakhiri) permusuhan, supaya kita dapat membicarakan perdamaian dalam suasana damai,” katanya.
Pada Sabtu, 19 Januari 2013, Presiden Santos mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan pimpinan FARC. Dalam sebuah pernyataan yang dikutip sejumlah media, dia mengatakan, pasukan keamanan siap (mengakhiri permusuhan), sembari memperingatkan bahwa FARC melanjutkan permusuhan. Dia katakan, pasukan keamanan siap melumat kelompok teroris dengan mudah.
“Anda menempatkan seorang teman dengan sebuah koper berisi penuh bahan peledak di sebelah gedung, bank, atau toko. Itu semua mudah (dilakukan). Namun, hal tersebut adalah tanda-tanda kelemahan,” kata Santos.
BBC | CHOIRUL