TEMPO.CO, New York–Lebih dari separuh dari 642 ribu pengungsi Suriah di negara-negara tetangga adalah anak-anak. Jumlah ini meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah pengungsi dari negara yang terlibat konflik senjata tersebut.
Koordinator Regional Badan PBB Urusan Pengungsi untuk Suriah, Panos Moumtzis, mengatakan pihaknya memperkirakan sekitar 4 juta warga Suriah membutuhkan bantuan. Angka ini terdiri atas 2 juta orang telantar dan 2 juta lainnya masih bertahan di rumah-rumah mereka. Angka ini masih di luar jumlah yang mencapai hampir 1,1 juta orang yang mengungsi.
"Kita berbicara mengenai bantuan untuk seperempat penduduk Suriah. Satu dari empat warga Suriah membutuhkan bantuan kemanusiaan, dan saya khawatir jumlah ini bertambah," kata Moumtzis di New York, Jumat 18 Januari 2013.
Konflik bersenjata sejak Maret 2011 membuat ratusan ribu warga Suriah mengungsi ke negara-negara tetangga, seperti Turki, Libanon, Yordania, Irak, Mesir, dan negara-negara di Afrika Utara. Moumtzis mengatakan 30 persen di antara para pengungsi ini ditampung di kamp-kamp dan sisanya di kamp di sejumlah desa dan kota.
"Lebih dari separuh dari mereka adalah anak-anak. Ini adalah krisis pengungsi anak-anak. Sangat menyedihkan apabila kita melihat anak-anak ini tiba dan terutama apa yang kita lihat beberapa hari berikutnya," katanya.
Banyak di antara anak-anak pengungsi ini yang trauma akibat konflik yang terjadi di daerah asal mereka. "Anak-anak ini mengalami dan melihat beberapa kejadian yang mengerikan, melihat orang tua mereka atau orang-orang yang mereka cintai dibunuh, rumah-rumah dan sekolah-sekolah mereka dirusak," katanya.
PBB mengatakan lebih dari 60 ribu orang tewas dalam pemberontakan 22 bulan terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad itu. Aksi kekerasan terus meningkat dalam sebulan terakhir, termasuk pengeboman Universitas Aleppo, yang menewaskan hampir 100 mahasiswa yang tengah menjalani ujian.
REUTERS | AL-JAZEERA | RAJU FEBRIAN