TEMPO.CO, Aljir - Tiga puluh sandera dan setidaknya 11 militan tewas pada Kamis ketika pasukan Aljazair menyerbu ladang gas Ain Amenas dalam upaya untuk membebaskan penyanderaan. Puluhan pekerja Barat dan lokal disekap di lokasi itu oleh sekelompok pria bersenjata.
Sangat sedikit informasi yang dirilis terkait serangan itu, baik oleh pihak Barat maupun Aljazair. Identitas warga Barat yang berhasil dibebaskan juga tak dijelaskan.
Dua warga Jepang, dua Inggris dan seorang warga negara Prancis termasuk di antara tujuh orang asing yang tewas, kata seorang sumber di lokasi itu kepada Reuters. Delapan dari para sandera yang tewas berkewarganegaraan Aljazair. Lainnya, serta mungkin puluhan lainnya yang dibebaskan, tidak jelas kewarganegaraannya.
Pekerja berkewarganegaraan Amerika Serikat, Norwegia, Rumania, dan Austria juga disebutkan oleh pemerintah mereka sebagai bagian sandera.
Dari serangan itu, kecurigaan para pemimpin Afrika dan Barat bahwa mereka menghadapi jaringan Al Qaeda multinasional di seluruh Sahara sedikit banyak terbukti. Sumber resmi mengatakan hanya dua dari 11 militan yang tewas adalah warga Aljazair.
Operasi dilakukan selama sedikitnya delapan jam, setelah Aljazair menolak permintaan para penculik untuk meninggalkan negara itu dengan sandera mereka. Di antara militan yang tewas adalah Taher Ben Cheneb, seorang Aljazair yang kerap digambarkan sebagai seorang komandan milisi terkemuka di Sahara.
Sekelompok pria bersenjata merebut fasilitas gas penting jauh di gurun sebelum fajar pada hari Rabu. Mereka menuntut Prancis menghentikan serangannya terhadap pemberontak Islam di Mali.
Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan drama penyanderaan, yang telah menimbulkan kekhawatiran serangan militan lebih lanjut, menunjukkan bahwa dia benar terkait langkah pengiriman tentaranya ke Mali. Prancis mengirim lebih dari 1.000 tentara sebagai cadangan kekuatan Afrika Barat dalam mendukung pemerintah Mali.
REUTERS | TRIP B