TEMPO.CO, Jakarta - Duta Besar Indonesia untuk Argentina, Uruguay, dan Paraguay, Kartini Nurmala Sjahrir, mengungkapkan, anak buah kapal (ABK) asal Indonesia disukai oleh para pemilik kapal Argentina. Meski demikian, mereka tidak luput dari perlakuan semena-mena.
“ABK kita disukai karena sopan, tidak perhitungan jam kerja, misalnya harusnya 10 jam, 11-12 jam tidak dihitung lembur tidak apa-apa,” kata Kartini kepada Tempo di kediamannya di kawasan Menteng, Jakarta, Selasa, 15 Januari 2013. Kartini tengah berada di Indonesia, mendampingi Presiden Argentina Cristina Fernandez de Kirchner, yang sedang melakukan lawatan kenegaraan ke Jakarta.
Menurut Kartini, jumlah ABK di Buenos Aires sekitar 500 orang. Terutama bekerja di kapal-kapal pesiar. Meski disukai, tidak jarang mereka mendapat perlakuan buruk. Karena itu, Kartini ingin bertemu dengan Kepala BNP2TKI Jumhur Hidayat untuk membahas perlindungan yang lebih baik bagi para ABK.
“Selain pemilik kapal, mereka juga jadi korban agen-agen yang ada di Indonesia, misalnya gaji mereka dipotong 30-50 persen oleh agen,” katanya. Ada pula ABK yang sudah setahun bekerja tidak diberi upah.
Kasus yang baru-baru ini ditangani oleh KBRI Buenos Aires adalah ABK yang menderita kecelakaan kerja. Pemilik kapal berkeras si ABK sudah sembuh, padahal pemeriksaan dokter menyatakan korban masih harus mendapat perawatan. “KBRI memperjuangkan agar dia tetap berobat dan tetap dibayar. Pemilik kapal mau karena kita ancam: kalau tidak mau, kita akan ajukan ke pengadilan,” katanya mengenang.
Selain dengan BNP2TKI, Kartini juga bekerja sama dengan Komisi IX DPR RI. “Komisi IX membantu kita untuk menegur agen nakal,” katanya. Untuk kasus-kasus ABK tersebut, KBRI harus aktif "jemput bola". “Kalau enggak, susah,” kata duta besar yang sudah dua tahun bertugas di Buenos Aires tersebut.
NATALIA SANTI