TEMPO.CO, Albany - Pemerintah negara bagian New York, Amerika Serikat, Selasa, 15 Januari 2013, mengeluarkan aturan pembatasan kepemilikan senjata api. New York menjadi negara bagian pertama di Amerika Serikat yang memiliki aturan ketat ihwal kepemilikan senjata api.
“Saya bangga menjadi New Yorker karena kita melawan balik,” kata Gubernur New York, Andrew Cuomo, seusai meneken aturan di Gedung Capital, Albany, New York.
Aturan tersebut lolos dari voting anggota Parlemen negara bagian dengan hasil 104 mendukung dan 43 menolak. Sebelum disetujui anggota Parlemen, aturan ini juga didukung oleh anggota Parlemen dari Majelis Tinggi pada Senin lalu dengan hasil 43 suara mendukung dan 18 suara menolak.
"Pesan dari aturan ini sudah sangat jelas, terutama setelah insiden Newtown. Kondisi sudah darurat," tutur Ketua Parlemen Negara Bagian New York, Sheldon Silver, dalam kesempatan terpisah.
Aturan baru yang diberi nama NY Secure Ammunition and Firearms Enforcement Act atau disingkat NY SAFE ini menutup sejumlah celah yang selama ini muncul dari penjualan dan kepemilikan senjata api.
Selain melarang total penjualan senapan militer, aturan ini juga membatasi pembelian jumlah peluru dari yang tadinya 10 buah menjadi hanya 7 buah saja.
”Tidak ada yang memerlukan senapan militer untuk berburu. Tidak seorang pun membutuhkan 10 peluru hanya untuk berburu rusa. Akhiri kegilaan ini,” ujar Cuomo.
Aturan tersebut juga memperluas dan memperbanyak persyaratan dan pemeriksaan latar belakang setiap pembeli senjata, termasuk pembelian secara pribadi. Aturan ini juga dimaksudkan untuk mencegah orang-orang yang menderita gangguan mental memiliki akses ke senjata api.
Secara terpisah, Wali Kota New York, Michael Bloomberg, memuji aturan baru ini sebagai sebuah langkah besar. “Aturan ini melindungi Amandemen Kedua mengenai kepemilikan senjata, tapi juga membuat warga New York semakin aman,” Bloomberg menegaskan.
Aturan pembatasan kepemilikan senjata ini dipicu oleh perdebatan nasional setelah terjadi tragedi penembakan di SD Sandy Hook, Newtown, Connecticut, pada 14 Desember lalu. Tragedi berdarah itu menewaskan 20 anak-anak serta enam guru dan staf.
NEW YORK DAILY NEWS | SITA PLANASARI AQUADINI