TEMPO.CO, Damaskus — Pemerkosaan terhadap perempuan dan anak-anak ternyata menjadi senjata paling ampuh dalam perang saudara di Suriah. Berdasarkan laporan lembaga Komite Penyelamatan Internasional (IRC) yang berbasis di New York, pemerkosaan menjadi alasan utama warga sipil mengungsi keluar dari Suriah.
“Wawancara terhadap pengungsi Suriah di Libanon dan Yordania menunjukkan bahwa banyak kasus pemerkosaan terjadi, bahkan di depan anggota keluarga. Dalam beberapa kasus, korban diperkosa beramai-ramai. Biasanya pelaku adalah sekelompok pria bersenjata,” kata IRC dalam laporan setebal 23 halaman yang dilansir kemarin.
IRC menuding pelaku pemerkosaan berasal dari kedua kubu, yakni tentara pemerintah dan tentara pemberontak. Laporan ini juga mengungkapkan kondisi buruk yang dialami perempuan dan anak-anak di lokasi penampungan.
IRC menjelaskan, bantuan kesehatan dan konseling sangat minim bagi para pengungsi. Padahal layanan ini sangat membantu warga Suriah untuk beradaptasi dengan situasi di lokasi pengungsian.
“Banyak perempuan dan anak-anak justru semakin tidak aman tinggal di pengungsian. Kekerasan dalam rumah tangga juga tercatat meningkat,” demikian bunyi laporan itu.
Korban pemerkosaan yang berhasil melarikan diri enggan melaporkan kejahatan tersebut. “Mereka khawatir mendapat pembalasan dari pelaku, dibunuh oleh keluarga sendiri, atau dinikahkan, meski masih di bawah umur.”
REUTERS | AL-AHRAM | SITA PLANASARI AQUADINI