Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Prancis: Operasi di Mali Akan Berlangsung Cepat

image-gnews
Seorang warga Bamako, Mali, Yacouba Konate (56 tahun) memakai bendera Perancis untuk menunjukan dukungannya atas intervensi militer Perancis di Mali (13/1). REUTERS/Joe Penney
Seorang warga Bamako, Mali, Yacouba Konate (56 tahun) memakai bendera Perancis untuk menunjukan dukungannya atas intervensi militer Perancis di Mali (13/1). REUTERS/Joe Penney
Iklan

TEMPO.CO, Paris - Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius, menyatakan bahwa operasi militer negaranya di Mali tidak akan lama dan berlangsung cepat.

"(Targetnya) menghentikan terorisme, itu sudah dikerjakan," kata Fabius, Ahad, 13 Januari 2013. "Sekarang kami sudah berada di garis belakang markas teroris." Saat ditanya wartawan berapa lama Prancis akan berperan dalam konflik tersebut, dia menjawab, "Hitungannya mingguan."

Jet tempur Prancis meraung-raung di atas langit Mali sejak Jumat, 11 Januari 2013 pekan lalu untuk menggempur basis pertahanan kelompok pemberontak di bagian utara negara. Akibat gempuran udara negeri yang pernah menjajah Mali itu, pemberontak terpaksa melarikan diri.

Pada serangan hari ketiga Prancis, Ahad, jet tempur Rafale berhasil meluluhlantakkan markas pejuang yang memiliki hubungan dengan al-Qaeda di Gao, kota utama di utara Mali.

Seorang sumber keamanan mengatakan pesawat-pesawat tempur Prancis juga menyerang gudang penyimpanan amunisi di Afhabo, 50 kilometer dari Kidal. kawasan ini merupakan basis utama pemberontak Ansar al Din (Pelindung Iman). Sejumlah saksi mata menambahkan, jet tempur juga menghantam basis pertahanan pemberontak di sebelah timur Lere.

Serangan Prancis ke basis pertahanan pemberontak Mali ini mendapatkan dukungan dari Aljazair. "Dalam sebuah pernyataan Ahad, 13 Januari 2013, Aljazair memberikan jaminan kepada Prancis bahwa wilayah udaranya boleh digunakan untuk menggempur target serangan," kata Fabius. Namun, hingga saat ini, Aljazair, masih melarang kekuatan asing melakukan intervensi ke Mali.

Prancis melancarkan serangan ke Mali sejak Jumat, 11 Januari 2013, guna menghadapi para pemberontak yang telah menguasai wilayah utara. Bahkan mereka mulai merangsek masuk ke selatan dan mengancam ibu kota Bamako. Hal tersebut sangat mengkhawatirkan pemerintahan Mali.

Beberapa warga di Gao, kawasan yang dikuasai oleh pemberontak dari Gerakan untuk Kesatuan dan Jihad di Afrika Barat (MUJACO) mengatakan, serangan udara Prancis berhasil menghancurkan posisi pertahanan gerakan Islam sehingga memaksa mereka melarikan diri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kami bisa menyaksikan kepulan asap dari pangkalan. Di sana sudah tidak ada lagi militan Islam karena telah meninggalkan kota, semuanya kabur menyelamatkan diri," kata seorang warga yang tak bersedia disebutkan namanya.

"Prancis telah melakukan pekerjaannya dengan baik, menyebabkan seluruh militan Islam meninggalkan Gao," ujar seorang pejabat lokal yang tak mau diketahui identitasnya. "Sebagian masih bersembunyi di beberapa rumah dan menunggu malam tiba untuk melarikan diri."

"Kami menginginkan militer Mali berada di sini agar supaya militan Islam tidak dapat kembali lagi," ujar seorang mahasiswa.

Sementara itu, serangan Prancis ke bekas negara jajahannya dibahas dalam rapat kabinet yang dipimpin oleh Presiden Francois Hollande, Senin pagi waktu setempat, 14 Januari 2013. Pada pertemuan itu, Duta Besar Prancis untuk PBB, negaranya meminta Dewan Keamanan PBB melakukan pertemuan guna membahas konflik di Mali.

AL JAZEERA | CHOIRUL

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Prancis Membunuh 20 Milisi Mali

1 Mei 2017

Mirage 2000. AP/Donato Fasano
Prancis Membunuh 20 Milisi Mali

Seorang tentara Prancis tewas setelah mendapatkan serangan dari kelompok perlawanan terhadap pemerintah di Ibu Kota Bamako.


Pertama Kali, ICC Tuntut Milisi ISIS sebagai Penjahat Perang  

23 Agustus 2016

Seorang wanita merawat kambing milik keluarganya, di rumah sederhana mereka di sebelah Masjid Djingareyber, situs Warisan Dunia UNESCO, di Timbuktu, Mali, Selasa (23/7). AP/Rebecca Blackwell
Pertama Kali, ICC Tuntut Milisi ISIS sebagai Penjahat Perang  

Jaksa ICC di Den Haag, Belanda menjerat milisi ISIS yang merusak situs warisan dunia di Timbuktu, Mali sebagai penjahat perang.


Penyerbuan Hotel, Mali Berkabung Tiga Hari  

23 November 2015

Pasukan khusus militer Perancis yang ikut turun dalam menyelamatkan ratusan warga yang disandera oleh belasan militan, membentangkan garis polisi di depan Hotel Radisson Blu di Bamako, Mali, 20 November 2015. Pembebasan ratusan sandera tersebut dilakukan oleh pasukan Khusus Perancis, pasukan PBB dan dua anggota pasukan khusus Amerika Serikat. REUTERS
Penyerbuan Hotel, Mali Berkabung Tiga Hari  

Senegal siap membantu Mali.


Penyanderaan di Mali, Al-Qaeda Mengaku Bertanggung Jawab

23 November 2015

Petugas mengevakuasi sejumlah jenazah dalam aksi penyanderaan oleh belasan militan di Hotel Radisson Blu di Bamako, Mali, 20 November 2015. Aksi penyanderaan tersebut berlangsung selama 9 jam. REUTERS
Penyanderaan di Mali, Al-Qaeda Mengaku Bertanggung Jawab

Prancis menempatkan 3.500 pasukan di Mali.


Sayap Al-Qaeda Klaim Bertanggung Jawab Atas Serangan di Hotel Mali

21 November 2015

Petugas menunjukkan bendera para pelaku penyandera sejumlah pengunjung dan pegawai Hotel di Hotel Radisson Blu di Bamako, Mali, 20 November 2015.  Kelompok jihad Al Mourabitoun yang bersekutu dengan al Qaeda dan bekas koloni Perancis, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. REUTERS
Sayap Al-Qaeda Klaim Bertanggung Jawab Atas Serangan di Hotel Mali

Kelompok-kelompok bersenjata terus melakukan serangan di Mali meskipun telah terjadi kesepakatan perdamaian antara mantan pemberontak Tuareg di bagian utara dan kelompok bersenjata pro-pemerintah, Juni lalu.


Serangan di Hotel Mali, 27 Orang Tewas

21 November 2015

Petugas menunjukkan bendera para pelaku penyandera sejumlah pengunjung dan pegawai Hotel di Hotel Radisson Blu di Bamako, Mali, 20 November 2015.  Kelompok jihad Al Mourabitoun yang bersekutu dengan al Qaeda dan bekas koloni Perancis, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. REUTERS
Serangan di Hotel Mali, 27 Orang Tewas


Serangan hotel di Mali itu yang diklaim oleh kelompok Al-Murabitoun dari militan bermata satu Aljazair Mokhtar Belmokhtar.


Hotel Radisson Mali Diserbu Teroris, Biasa Jadi Transit WNI  

20 November 2015

Dalam gambar yang diambil darii Mali TV ORTM, petugas keamanan memberikan instruksi kepada rekannya di dalam Radisson Blu Hotel di Bamako, Mali, 20 November 2015. Kelompok bersenjata menyandera seluruh orang dalam hotel itu setelah berteriak
Hotel Radisson Mali Diserbu Teroris, Biasa Jadi Transit WNI  

Aksi teror melanda Hotel Radisson Blue, Mali, terjadi sejak Jumat pagi


Teror Bersenjata, Presiden Mali Buru-buru Kembali  

20 November 2015

Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita. Wikimedia.org
Teror Bersenjata, Presiden Mali Buru-buru Kembali  

Aksi ini membuat Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita mempercepat kunjungan kenegaraannya ke Chad.


Detik-detik Dramatis Pasukan Khusus Mali Bebaskan 80 Sandera  

20 November 2015

Warga berhamburan dari hotel Radisson Blu, tempat penyanderaan oleh kelompok bersenjata, di Bamako, Mali, 20 November 2015. Dikabarkan 10 militan bersenjata menyandera 140 tamu dan 30 staf hotel tersebut. AP/Harouna Traore
Detik-detik Dramatis Pasukan Khusus Mali Bebaskan 80 Sandera  

Pasukan khusus Mali dibantu pasukan perdamaian PBB menyerbu Hotel Radisson Blu untuk membebaskan sandera.


Tak Ada Sandera WNI di Hotel Radisson Mali  

20 November 2015

Seorang sandera dikawal keluar dari lokasi penyanderaan di Hotel Radisson Blu di Bamako, Mali, 20 November 2015. Hingga saat ini 80 orang berhasil dibebaskan, dan tiga orang dikabarkan tewas saat militan memasuki hotel itu. REUTERS/REUTERS TV
Tak Ada Sandera WNI di Hotel Radisson Mali  

Saat kejadian, seluruh WNI berada di lokasi yang cukup jauh dari hotel.