TEMPO.CO, New Delhi - Para terdakwa pemerkosa mahasiswi fisioterapi di New Delhi dituduh merencanakan tindakan mereka. Menurut laporan polisi yang dijadikan berkas penuntutan, lima pria dewasa dan satu remaja berkumpul makan malam di sebuah rumah di daerah New Delhi selatan pada 16 Desember 2012.
Mereka merencanakan menemukan target. "Terdakwa merencanakan akan mencari seorang wanita dan dimaksudkan untuk dibunuh," tulis laporan polisi setempat, seperti dikutip Reuters, Jumat, 11 Januari 2013.
Berkas setebal lebih dari 600 halaman berisi bukti, termasuk bukti forensik pengakuan, pernyataan saksi dan laporan medis. Menurut hukum India, sekali berkas disampaikan di pengadilan, maka itu menjadi catatan publik. Jaksa akan menuntut hukuman mati atas tindakan mereka
Pengacara yang mendampingi para terdakwa yang ditunjuk pengadilan belum memberi jawaban atas tuduhan ini. Namun, menurut dia, penyidikan kasus ini dirusak oleh penyimpangan. Para terdakwa sempat lama tanpa ada pendampingan hukum saat penyidikan. Menurut pengacara, salah satu terdakwa, Mukesh Singh, mengklaim disiksa saat dalam tahanan polisi.
Terdakwa Ram Singh, yang diduga sebagai pemimpin geng ini, ditengarai sengaja mencari korban. Saat berada di sebuah pusat perbelanjaan di Delhi selatan, dia menemukan korban, seorang perempuan bersama pria yang sedang mencari tumpangan.
Polisi berhasil menangkap Singh usai melacak bus yang terekam kamera keamanan sebuah hotel. Dia masih mengenakan t-shirt yang ternoda darah korban dan tak bisa mengelak. Dari pengakuan Ram, polisi menemukan dua batang besi berdarah, yang telah digunakan untuk memukul korban dan temannya. Besi itu dimasukkan ke dalam tubuhnya sehingga menyebabkan kerusakan organ.
Pengakuannya membawa pada terdakwa lainnya Mukesh Singh, Akshay Kumar Singh, Pawan Gupta dan Vinay Sharma. Satu terdakwa lainnya diduga masih di bawah umur. Polisi sedang melakukan tes tulang untuk menentukan usianya karena diduga usianya lebih dari 18 tahun.
Menurut saksi, usai tindakan mereka, Ram Singh mencoba untuk membersihkan bus dengan pakaian korban, lalu membakar pakaian korban. Korban, lalu ditinggalkan di jalan hingga akhirnya tewas dua pekan kemudian di sebuah rumah sakit Singapura karena infeksi kegagalan organ.
NUR ROCHMI | REUTERS