TEMPO.CO, Beirut - Menteri Pendidikan Lebanon memerintahkan seluruh sekolah ditutup pada Selasa, 8 Januari 2013, dan Rabu, 9 Januari 2013, guna mengantisipasi datangnya badai yang lebih dahsyat. Aturan itu disampaikan menyusul badai pada Ahad, 5 Januari 2013, yang membahayakan warga di sana.
Tim penyelamat hingga kini terus melanjutkan pencarian atas seorang bocah yang diyakini tenggelam akibat banjir ketika tenda keluarganya disapuh air bah pada malam hari di selatan Kota Iklim al-Kharoub, sebelah timur Sidon. Bocah laki-laki berusia tujuh bulan ini hanyut di aliran air deras.
Jalan di hampir seluruh kota Lebanon terputus oleh aliran air akibat cuaca buruk sejak semalam. Kecepatan angin terekam mencapai 100 kilometer per jam, menyebabkan papan reklame berjatuhan dan menghancurkan banyak properti.
Angin juga menumbangkan sebuah pohon besar yang tumbuh di antara gedung Kedutaan Besar Prancis dan Museum Nasional, serta melumpuhkan lalu lintas, Senin pagi waktu setempat.
Menteri Dalam Negeri, Marwan Charbel, memerintahkan warga di luar Beirut untuk tetap tinggal di rumah dan meminta Menteri Pekerjaan Umum bekerja untuk membersihkan selokan.
"Ada koordinasi antara Departemen Kebakaran dan Pertahanan Sipil," katanya. "Menteri Dalam Negeri bersiaga 48 jam sebelum badai dan kami berkoordinasi dengan seluruh Kementerian terkait untuk mengurangi risiko kerusakan."
Departemen Kebakaran dalam pernyataannya kepada media mengatakan, tim penyelamat dan ambulans telah bekerja sejak Ahad malam untuk membebaskan orang-orang yang terperangkap di dalam mobilnya. "Hampir seluruh tim penyelamat di Ibu Kota disiagakan di kawasan yang dilanda banjir."
Badai di Lebanon, Ahad, menyebabkan puluhan ribu pengungsi dari Suriah mencari perlindungan guna menghindari bahaya. Beberapa di antaranya memperoleh penampungan sementara dari komunitas warga Lebanon, namun sebagian lainnya tinggal di tenda dan berjuang mengatasi badai. Hal yang sama dialami oleh pengungsi Palestina asal Suriah yang ditempatkan di kamp Yarmouk.
AL AKHBAR | CHOIRUL