TEMPO.CO, Teheran - Iran mengembangkan perangkat lunak pengontrol situs-situs jejaring sosial. Kepala Kepolisian Iran Jenderal Esmail Ahmadi Moghadam melalui surat kabar Iran mengatakan, perangkat lunak baru akan mencegah Iran terpapar konten online yang dianggap berbahaya.
“Namun pengguna tetap bisa mendapat manfaat dari Internet,” kata Jenderal Moghadam, Ahad, 6 Januari 2013. Moghadam tidak menyebutkan kapan perangkat lunak itu akan diperkenalkan. Moghadam juga tak menentukan situs jejaring sosial mana yang akan dikontrol oleh perangkat tersebut. Namun, jejaring sosial yang populer di Iran adalah Facebook dan Twitter.
Jejaring sosial seperti YouTube, yang digunakan untuk mengorganisasi protes jalanan setelah terpilihnya Presiden Mahmoud Ahmadinejad pada 2009, diributkan. Beberapa aktivis, blogger, dan jurnalis dilaporkan telah ditangkap karena posting dan berkomentar di jejaring sosial itu.
Pada 2011, pemerintah bahkan membentuk gugus Cyber Police guna mengawasi aktivitas di dunia maya. Kematian blogger Sattar Beheshti di tahanan pada November lalu menuai kecaman internasional. Akibatnya, kepala gugus Cyber Police dipecat.
Iran kini memiliki sekitar 37 juta pengakses Internet, atau separuh dari populasinya. Tapi pemerintah memblokir beberapa situs yang berafiliasi dengan oposisi serta situs yang dianggap mempromosikan perbedaan pendapat. Pihak berwenang memperingatkan bahaya situs-situs jejaring sosial. Alasannya, jejaring sosial adalah bagian dari rencana Barat melemahkan rezim Islam.
NUR ROCHMI | HUFFINGTONPOST | THENEWAGE