TEMPO.CO, NEW DELHI—Kepolisian New Delhi menuntut stasiun televisi Zee News, Sabtu 5 Januari 2013. Langkah ini ditempuh setelah stasiun televisi swasta itu menanyangkan wawancara kekasih korban pemerkosaan brutal, satu-satunya saksi mata utama insiden yang terjadi 16 Desember lalu.
“Kami menuntut televisi karena melanggar aturan mengenai kerahasiaan identitas saksi dan korban dalam kasus tertentu, termasuk pemerkosaan,” kata juru bicara kepolisian New Delhi Rajan Bhagat.
Rencana ini mendapat kritik keras dari banyak pihak, termasuk partai oposisi Bharatiya Janata. “Tindakan ini tidak dapat dibenarkan. Tuntutan polisi merupakan serangan terhadap kebebasan pers,” ucap Sekretaris Jenderal BJP, Ravi Shankar Prasad.
Dalam wawancara tersebut, kekasih korban yang berprofesi sebagai insinyur itu mengkritik polisi yang lamban menangani korban dirinya. Menurut dia, tiga mobil polisi datang 45 menit setelah mereka terbaring tak berdaya di jalanan dalam kondisi bugil dan terluka parah.
“Bukannya segera membawa kami ke rumah sakit, mereka justru bertengkar memperebutkan yuridiksi mana yang akan menangani kasus kami,” kata pria itu. Korban dibawa ke rumah sakit 2,5 jam setelah mereka terbaring di jalanan.
Setelah korban pemerkosaan dibawa ke rumah sakit, kekasih korban dipaksa tinggal di kantor polisi untuk dicatat kesaksiannya. “Mereka tidak memberikan bantuan medis meski tulang saya patah,” ujarnya.
Ia juga mengecam warga yang membiarkan mereka tergeletak tanpa bantuan sama sekali. “Saya berteriak minta tolong kepada orang-orang yang lewat ataupun kendaraan di jalan. Tapi tak satu pun menolong kami,” tuturnya, sedih dan geram.
L THE HINDU | SITA PLANASARI AQUADINI