TEMPO.CO, Kawit Seorang pria bersenjata menembakkan senjata semiotomatis secara membabi buta di Kota Kawit, 45 kilometer sebelah selatan Manila, Filipina, kemarin. Akibat tembakan Ronald Bae, sedikitnya tujuh orang tewas dan melukai sebelas lainnya. Empat dari korban tewas adalah anak-anak dan seorang ibu hamil.
"Tembakan dilakukan secara acak. Bae akan menembak siapa pun yang berada di dekatnya,” kata pejabat kepolisian Kawit, Arnulfo Lopez, kepada AFP. Pria yang diduga tengah mabuk berat itu melakukan serangan selama setengah jam, dari dekat rumahnya hingga ke pasar.
Nyawa Bae melayang setelah polisi menyergap kediamannya. Setelah terjadi baku tembak, Bae akhirnya tewas oleh peluru polisi. Kini polisi tengah memburu pengurus rumah Bae, John Paul. Berdasarkan keterangan saksi mata, Paul membantu mengisi peluru Bae selama serangan berlangsung.
Belum diketahui motif penembakan ini, tapi polisi mengungkapkan Bae gagal terpilih sebagai kepala desa. Gubernur Provinsi Cavite, Juanito Victor Remulla, mengatakan Bae sempat menjabat sebagai pejabat di Kawit. “Namun ia juga dikenal sebagai pengedar obat bius dan menenggak sabu sejak malam tahun baru,” ujar Remulla.
Sejumlah saksi mata yang juga tetangga pelaku mengatakan Bae melambai-lambaikan senjatanya sebelum beraksi. “Saya memerintahkan anak dan cucu saya lari,” tutur Maita Lacorte, salah seorang tetangga Bae sekaligus bibi anak perempuan tujuh tahun yang turut menjadi korban tewas.
Kepemilikan senjata api merupakan hal lumrah bagi warga Kota Kawit ataupun Filipina. “Ada banyak orang memiliki senjata api di Kawit. Bahkan warga sipil yang tak memiliki izin bisa memperoleh dengan mudah,” ucap kepala polisi Kawit, Jaime Rollon.
Berdasarkan data kepolisian Filipina, sebanyak 1,2 juta senjata terdaftar di negara tersebut tahun lalu. Namun terdapat sekitar 600 ribu senjata api tak terdaftar yang beredar bebas di Filipina.
ASIAONE | BBC | CHANNEL NEWS ASIA | SITA PLANASARI AQUADINI