TEMPO.CO, Manama – Kehadiran para loyalis diktator Irak, Saddam Hussein, di Bahrain ternyata bukan tanpa tujuan. Menurut sumber yang bersaksi pada FARS News Agency, mereka bakal dijadikan tentara bayaran untuk melindungi Rezim Al Khalifa yang sudah berkuasa selama 40 tahun dari gelombang unjuk rasa yang semakin hari makin memanas di ibu kota Bahrain, Manama.
“Rezim butuh mereka untuk menekan lawan politiknya yang setiap hari bertebaran di jalanan Manama,” kata seorang sumber dari Persia Gulf Cooperation Council (PGCC) kepada Fars News Agency, Rabu, 2 Januari 2013.
Belum jelas berapa dan bagaimana para tentara bayaran itu diberikan upah. Namun, pemberian status warga negara secara cuma-cuma yang berarti perlindungan dari hukum internasional itu lebih dari cukup buat para loyalis Saddam. Sebelum mendatangkan serdadu Irak pendukung Saddam, pemerintah Bahrain juga diduga telah merekrut lima ribu Salafi dari Yordania, Pakistan, Lebanon, Arab Saudi, Irak, Yaman, dan Afghanistan.
Saat ini, pemerintah Bahrain sudah merasa putus asa menghadapi demostrasi jalanan. Bentrokan antara polisi dan demonstran berlangsung hampir setiap hari. Sejauh ini, puluhan pengunjuk rasa tewas, ratusan orang hilang, dan ribuan lainnya telah terluka.
Amnesty International mengumumkan sudah lebih dari 200 orang aktivis ditangkapi. Risiko penyiksaan dan penghilangan paksa merupakan sebuah keniscayaan. Kelompok antirezim pemerintah mulai menggelar demonstrasi damai di Bahrain sejak pertengahan Februari 2011 lalu. Mereka menyerukan untuk mengakhiri pemerintahan dinasti Al Khalifa yang sudah memerintah 40 tahun lebih di kerajaan yang terletak di Teluk Persia itu.
SANDY INDRA PRATAMA | FARS NEWS AGENCY