TEMPO.CO, Seoul - Wanita politikus Korea Selatan, Park Geun-hye , hampir pasti melenggang ke kursi kepresidenan. Perhitungan suara sementara menunjukkan dia unggul di atas kandidat lainnya.
Park Geun-hye adalah anak Park Chung-hee, penguasa militer Korea Selatan selama 18 tahun sebelum terbunuh tahun 1979. Park Geun-hye pernah menjabat sebagai ibu negara untuk mendampingi acara resmi ayahnya pada tahun 1970 setelah ibunya terbunuh.
Dari sepertiga dari suara dihitung, Park Geun-hye meraih suara 53 persen. Penantangnya, penggiat hak asasi manusia Moon Jae-in dari kubu sayap kiri, mengantongi 47 suara.
Kemenangan Park sudah diprediksi sebelumnya. Jajak pendapat terakhir menunjukkan, ia unggul 50,1 persen.
Jika dia menang, Park akan menjabat selama lima tahun pada bulan Februari. Tugas berat menantinya, antara lain tantangan langsung dari Korea Utara yang kini mengambil posisi bermusuhan dan tingkat pertumbuhan tahunan yang turun menjadi sekitar 2 persen dari rata-rata 5,5 persen dalam 50 tahun terakhir.
Park Geun-hye belum menikah dan tidak memiliki anak. Ia mengatakan bahwa hidupnya akan didedikasikan untuk negaranya.
Di markas partainya, Saenuri, hasil perhitungan sementara disambut dengan suka cita. "Saya yakin semua akan berjalan dengan baik," kata Kim Sung-joo, salah satu ketua tim kampanyenya.
Ayahnya, Park Chung-hee, yang memerintah selama 18 tahun dianggap sebagai pelopor yang mengubah negara itu dari reruntuhan Perang Korea 1950-1953 menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia. Bagi kaum konservatif, dia adalah presiden Korea Selatan terbesar. Lawan-lawannya menjuluki dia "diktator" yang dianggap menginjak-injak hak asasi manusia dan perbedaan pendapat.
CSM | TRIP B