TEMPO.CO, Damaskus - Diplomat senior Rusia untuk Timur Tengah menyatakan Presiden Suriah Bashar al-Assad mulai kehilangan kendali negara setelah konflik berlangsung hampir dua tahun, yang menelan 40 ribu jiwa. Pernyataan ini dianggap penting karena Rusia merupakan sekutu utama Suriah dan pendukung rezim Bashar al-Assad.
Al-Assad disebut-sebut semakin putus asa dan melakukan tindakan militer yang lebih keras. Termasuk penggunaan rudal balistik Scud untuk menghadang pemberontak yang bergerak memasuki Kota Damaskus.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov mengakui bahwa pasukan Assad sewaktu-waktu bisa dikalahkan oleh pemberontak, yang disebut Assad sebagai sampah masyarakat yang didukung asing.
"Tidak mungkin lagi untuk memandang enteng kemenangan oposisi Suriah," kata Bogdanov, seperti dilaporkan kantor berita Interfax.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan kepada wartawan di Brussels bahwa Assad penggunaan rudal balistik dalam sebuah "tindakan putus asa". Ia juga meramal kejatuhan Assad tinggal menunggu waktu.
"Saya pikir rezim di Damaskus mendekati kolaps," katanya kepada wartawan setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Belanda di markas NATO. "Saya kira sekarang ini hanya soal waktu."
NEW YORK TIMES | TRIP B