TEMPO.CO, BUENOS AIRES—Protes dan unjuk rasa merebak di seluruh penjuru Argentina, Rabu waktu setempat, atau Kamis pagi waktu Indonesia, setelah sehari sebelumnya pengadilan negara bagian Tucuman membebaskan 13 terdakwa kasus perdagangan manusia yang diudga menculik Marita Veron.
Di Ibu Kota Buenos Aires, pengunjuk rasa berkumpul di depan kantor perwakilan provinsi Tucuman. Mereka melempari gedung itu dengan telur, batu dan benda-benda lain sehingga kaca jendela rusak. Pengunjuk rasa akhirnya bentrok dengan polisi yang berusaha membubarkan massa.
Di Tucuman, ribuan massa berunjuk rasa sambil membawa poster bertuliskan,” Keadilan untuk Marita.” “Sistem pengadilan tidak memahami sistem perdagangan manusia,” kata Zaida Gatti, ketua Program Nasional Penyelamatan Warga dari Kejahatan Perdagangan Manusia Argentina.
Menteri Keamanan Nilda Garre menegaskan keputusan itu merupakan tamparan bagi wajah hukum Argentina. “Tidak hanya mengecewakan rakyat Argentina, keputusan ini merupakan penghinaan terhadap ratusan korban perdagangan manusia yang menjadi saksi dalam persidangan,” ujar Garre.
Marita Veron alias Maria de los Angeles (Marita) Veron adalah perempuan berusia 23 tahun yang diculik pada 2002. Berdasarkan penyelidikan independen ibunda Marita, Susana Trimarco, anaknya diculik untuk dijadikan budak seks.
Pencarian Trimarco akan keberadaan putrinya justru berhasil mengungkap kejahatan perdagangan manusia yang dilindungi politisi dan aparat keamanan Argentina. Ia pun mendirikan Yayasan Marita Veron yang berhasil membebaskan sekitar 938 perempuan korban perdagangan manusia di seluruh penjuru Argentina.
Berkat perjuangan Trimarco, parlemen Argentina menetapkan germo dan pelaku perdagangan manusia merupakan kejahatan federal pada 2008, walau praktik prostitusi dilindungi oleh hukum. Namun penderitaan Trimarco belum berakhir karena hingga kini Marita masih menghilang.
Simpati kepada Trimarco berdatangan dari seluruh pihak. Presiden Argentina Cristina Fernandez-Kirchner, langsung menghubungi melalui telepon setelah mednengar putusan hakim. “Saya pikir dia akan hancur mendengar putusan ini, tetapi dia lebih kuat dari sebelumnya dan berjanji akan terus berjuang,” tutur Fernandez.
Presiden Fernandez bagkan menuding pihak yudisial telah dibayar untuk membebaskan para terdakwa. “Meski saya tidak bisa membuktikannya,” ungkapnya geram.
L AL-JAZEERA | AP | SKY NEWS | SITA PLANASARI AQUADINI