TEMPO.CO, Mindanao —Korban Badai Bopha di wilayah selatan Filipina kemarin dilaporkan menembus angka 900. Badan Pertahanan Sipil Filipina mengungkapkan korban tewas mencapai 902 orang dari 200 desa di pulau Mindanao ketika banjir dan tanah longsor yang disebabkan curah hujan tinggi menerjang wilayah itu pada Selasa pekan lalu.
Namun jumlah korban hilang turun menjadi 615 orang karena tim penyelamat gabungan dari Filipina dan Palau berhasil menyelamatkan 296 nelayan pencari ikan tuna. Para nelayan dari Kota General Santos berlayar ke Laut Cina Selatan sebelum Bopha menerjang.
“Kini mereka dirawat di rumah sakit,” kata kepala Badan Pertahanan Sipil Filipina, Benito Ramos. Adapun 19 nelayan yang masih hilang diduga berada di perairan Indonesia. Kini tim penyelamat berupaya menemukan mereka setelah otoritas Indonesia mengizinkan pesawat Filipina masuk ke dalam wilayahnya.
Jumlah korban badai terus meningkat dari hari ke hari. Semula dilaporkan hanya 200 orang, meningkat menjadi 200 orang, 700 orang, dan kini menyentuh angka 900.
Sekitar 80 ribu pengungsi masih memenuhi 63 lokasi penampungan pemerintah hingga beberapa bulan mendatang. Pemerintah kini berusaha mencari lokasi yang lebih aman untuk membangun lebih banyak tempat penampungan bagi para pengungsi.
Dalam kesempatan terpisah, pemerintah Jepang memberikan dana sebesar US$4,2 juta atau Rp 40,4 miliar bagi korban bancana Bopha. Kedutaan Jepang di Manila mengatakan dana ini terutama digunakan untuk menyediakan makanan, air bersih serta sanitasi melalui badan-badan PBB dan Palang Merah. Sebelumnya Jepang telah memberikan bantuan sebesar 45 juta yen atau Rp 5 miliar melalui Japan International Cooperation Agency (JICA).
Pemerintah Filipina memprediksi kerusakan akibat badai Bopha kini mencapai 14 miliar peso atau Rp 3,2 triliun yang berperanguh terhadap kehidupan 5 juta penduduk. Jumlah korban tewas akibat Bopha diperkirakan juga akan melampaui korban badai Washi pada 2011 yang menewaskan 1.200 orang.
SKY NEWS | ABC NEWS | INQUIRER | SITA PLANASARI AQUADINI