TEMPO.CO, BANGKOK - Mantan Perdana Menteri Thailand, Abhisit Vejjajiva, dan wakilnya, Suthep Thaugsuban, Kamis, 6 Desember 2012, menghadapi dakwaan pembunuhan atas kematian seorang sopir taksi yang tewas dalam aksi unjuk rasa pada September 2010.
“Mereka didakwa karena memerintahkan tentara menggunakan senjata dan peluru tajam yang mengakibatkan kematian warga sipil,” kata Kepala Departemen Penyelidikan Khusus (DSI), Tarit Pengdith.
Keputusan ini merupakan dakwaan pertama bagi pemerintahan Abhisit yang diambil atas kesepakatan DSI, polisi, dan Jaksa Thailand. “Kami mendasarkan pada kesaksian dan putusan pengadilan yang menyatakan kematian Phan Kamkong disebabkan tembakan tentara,” ujar Tarit.
Phan Kamkong menjadi salah satu korban tewas dari total 90 warga yang meninggal dalam unjuk rasa kelompok Kaos Merah pro-Thaksin Sinawatra. Saat itu, Phan yang sejatinya tidak terlibat unjuk rasa, sedang menyaksikan kerusuhan di dekat apartemennya. Nahas, nyawanya melayang terkena peluru nyasar.
Untuk sementara, Abhisit dan Suthep yang saat ini menjadi tokoh oposisi, tidak akan ditahan. Namun, keduanya harus mengadap aparat berwajib untuk didengar keterangannya pada 12 Desember mendatang. Saat ditemui dalam kesempatan terpisah, Suthep berjanji akan datang.
Adapun Abhisit tidak dapat dimintai konfirmasinya. Namun, kepada AFP bulan lalu, pria berusia 48 tahun itu menegaskan insiden itu merupakan tanggung jawab kelompok Kaus Merah. “Sebagai pemerintah, saya bertugas mengembalikan keamanan,” tutur Abhisit.
Kaus Merah menggelar unjuk rasa pada Maret-Mei 2010 untuk mendesak pemerintahan Abhisit mempercepat pemilihan umum. Tetapi, penolakan Abhisit terhadap tuntutan itu memicu kemarahan ribuan pendukung Thaksin. Abhisit sendiri terjungkal dari kursi perdana menteri setelah kalah dalam pemilu 2011 oleh adik perempuan Thaksin, Yingluck.
Kasus ini juga menjerat para pemimpin Kaus Merah, lima di antaranya kini duduk sebagai anggota parlemen. Mereka didakwa dengan pasal terorisme dan menghadapi ancaman hukuman mati jika terbukti bersalah.
L CHANNEL NEWS ASIA | BANGKOK POST | REUTERS | SITA PLANASARI AQUADINI