TEMPO.CO, Kairo - Polisi Mesir bentrok dengan pengunjuk rasa penentang Presiden Mohammed Mursi di Lapangan Tahrir, Rabu, 28 November 2012, pagi waktu setempat. Untuk memaksa demonstran bubar, polisi terpaksa menggunakan gas air mata.
Siaran televisi Mesir menunjukkan gambar kondisi Lapangan Tahrir. Para pengunjuk rasa tampak membentuk kelompok-kelompok kecil dan melawan petugas keamanan. Polisi menindak tegas pengunjuk rasa yang melawan dengan melemparkan benda-benda keras ke arah mereka.
Pada bagian lain, televisi menyiarkan gambar puluhan tenda berdiri di Lapangan Tahrir. Sebagian dari pengunjuk rasa meneriakkan yel-yel menentang Presiden Mursi yang pernah menyatakan akan menyapu bersih kelompok-kelopok kekuatan baru.
Bentrok keras melawan aparat keamanan berlangsung dari pagi hingga malam hari. Pada Selasa malam waktu setempat, 27 November 2012, kantor Ikhwanul Muslimin di beberapa kota di Mesir diserbu dan dibakar.
Media lokal Mesir melaporkan, kantor Ikhwan di kota pantai Alexandria diserbu massa. Sedangkan kantor Partai Keadilan dan Kebebasan (FJP), sayap partai Ikhwanul Muslimin yang pernah dipimpin oleh Mursi di Kota Mansoura, tak luput dari pembakaran.
Bentrokan juga terjadi antara pendukung dan penentang Mursi di Delta Nil di Kota Mahalla, sebagaimana terjadi di Lapangan Tahrir.
Partai FJP dalam situsnya mengatakan, 80 pengikutnya cedera dalam insiden di Mahalla. FJP menuduh polisi tak menghiraukan permintaan mereka agar segera melerai kerusuhan. Juru bicara FJP di Mahalla, Mahdouh Mounir, mengatakan 200 anggota Ikhwanul Muslimin mengalami luka-luka akibat diserang oleh kelompok anti-Ikhwan.
AL ARABIYA | CHOIRUL