TEMPO.CO, Damaskus - Oposisi Suriah mengaku membutuhkan bantuan dana US$ 60 miliar, atau sekitar Rp 577 triliun, untuk mencegah kebangkrutan ekonomi jika mereka mengambil alih kekuasaan dari rezim Presiden Bashar al-Assad.
Hal itu disampaikan George Sabra, seorang pemimpin utama oposisi, kepada para wartawan, Rabu, 21 Novmber 2012, di Dubai, ibu kota perdagangan Uni Emirat Arab. Menurut dia, ekonomi Suriah bakal semaput dalam waktu enam bulan tanpa bantuan keuangan.
Dalam kesempatan itu, Sabra juga menyeru utusan berbagai negara pada pertemuan bertajuk "Kemitraan Investasi di Masa Depan Suriah" di Dubai agar segera meluncurkan Marshall Plan untuk negara Arab, seperti yang dilakukan berbagai negara guna memulihkan Eropa usai Perang Dunia II.
Suriah telah mengalami perang bersaudara yang melibatkan pemberontak oposisi melawan pasukan pemerintah yang dimulai sejak Maret 2011, guna menggulingkan Presiden Bashar al-Assad. Akibat perang tersebut, menurut kelompok oposisi, tak kurang dari 38.000 orang tewas.
"Pada enam bulan pertama kami membutuhkan US$ 60 miliar guna rekonstruksi negara," kata Sabra, di depan para wartawan yang berkerumun di acara pertemuan.
Perang yang telah berlangsung hampir dua tahun itu telah meluluhlantakkan berbagai fasilitas umum, berikut gedung-gedung utama di pemerintahan, termasuk pusat perdagangan di Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah. Kehancuran itu terjadi akibat bombardemen artileri pasukan pemerintah yang ditembakkan melalui darat maupun udara.
Sabra mengatakan, "Uang harus masuk dalam wujud bantuan dari saudara-saudara kami, negara-negara Arab, dan komunitas internasional, yang akan kami pertanggungjawabkan dalam bentuk penanganan terhadap krisis kemanusiaan di negara kami."
"Bantuan tersebut bakal digunakan untuk memecahkan hal-hal yang dianggap sensitif dan luar biasa. Misalnya diawali dengan pembangunan perumahan yang nyaman bagi masyarakat setelah 2,5 juta rumah hancur dimangsa bom," kata Sabra, Presiden Dewan Nasional Suriah. Farah Atassi, aktivis oposisi utama, mengatakan dana tunai sangat dibutuhkan oleh bank Suriah dan bank sentral guna pembangunan layanan vital masyarakat, misalnya perbaikan fasilitas air bersih, listrik, dan kesehatan.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Berita lain:
Hamas Tantang Israel Lakukan Serangan Darat
Israel Serang Gaza, Rusia Kesal PBB Diam Saja
Israel Serbu Gaza Tiap Kali Obama Terpilih
Serangan Israel ke Gaza Hancurkan 25 Masjid
Serangan Israel Bikin Gadis Ini Batal Menikah