TEMPO.CO, Kinshasha - Komandan paling senior pada Angkatan Darat Kongo diketahui telah menjual senjata kepada kelompok pemberontak yang dituduh melakukan pembantaian. Demikian laporan terbaru PBB yang diterbitkan pada hari Rabu.
Jenderal Gabriel Amisi, yang pasukannya menderita kekalahan memalukan setelah diusir keluar dari kota timur Goma oleh pejuang pemberontak pada hari Selasa, diam-diam menjadi broker senjata. Laporan, yang ditulis untuk PBB oleh sekelompok ahli independen, menyebutkan bahwa Amisi mengawasi jaringan yang menyediakan senjata dan amunisi kepada kelompok-kelompok kriminal dan pemberontak yang berkeliaran di bukit-bukit dan hutan timur Kongo, yang kaya sumber daya alam. Salah seorang pelanggannya adalah Raia Mutomboki, tokoh pemberontak yang disegani.
Baca Juga:
Dalam laporan itu juga tertulis bahwa Amisi memerintahkan untuk menjual 300 senapan serbu jenis AK 47 pada kelompok bersenjata lain di bagian timur Kongo, yang dikenal dengan Nyatura.
Awal bulan ini, penyelidikan PBB terpisah menyatakan Raia Mutomboki dan Nyatura bersama kelompok pemberontak FDLR Rwanda telah bertanggung jawab atas kematian lebih dari 260 warga sipil dalam gelombang pembantaian etnik di bagian terpencil dari Provinsi North Kivu.
Menurut laporan itu, amunisi dibeli di negara tetangga Kongo Brazzaville, sebelum diselundupkan melalui ibu kota Kongo, Kinshasa, ke timur oleh jaringan yang dekat dengan Amisi, termasuk anggota keluarganya.
Amisi adalah mantan pemberontak dan presiden tim sepak bola Kongo. Ia juga merupakan salah seorang paling berpengaruh pada masa pemerintahan Presiden Joseph Kabila.
"Antara tuntutan tanggung jawab komando Amisi dan orang-orang dari pemerasan dan transaksi bisnis, yang terakhir selalu menang," kata Kepala Kelompok Ahli PBB, Steve Hege, pada Reuters.
Baik Amisi maupun juru bicara tentara Kongo--yang dikenal dengan FARDC--tak bersedia memberi konfirmasi.
CNN | TRIP B