TEMPO.CO, Phnom Penh - Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton selalu terlihat kompak dan akrab saat melakukan kunjungan ke luar negeri. Namun, kebersamaan keduanya melawat ke Asia Tenggara diperkirakan menjadi perjalanan mereka yang terakhir.
Usai mengikuti Konferensi Tinggat Tinggi ASEAN di Kamboja, bisa jadi keduanya tak akan lagi berada di dalam satu pesawat "Air Force One". Pasalnya, Hillary Clinton berujar tak lagi menjabat sebagai menteri luar negeri Amerika Serikat, di empat tahun ke depan. Dia memang pernah mengatakan tak akan lagi mendampingi Obama sebagai menteri di periode keduanya sebagai presiden AS.
Alasan istri mantan Presiden Bill Clinton itu sangat sederhana. Hillary ingin beristirahat sejenak setelah puas berkeliling dunia sebagai tangan kanan Obama dalam hal diplomasi internasional. Ia ingin beristirahat panjang, menikmati waktu senggangnya sambil membaca buku.
Obama tentu saja sangat menghormati keputusan Hillary. Namun, selama dalam perjalanan mereka di pesawat pribadi kepresidenan itu, Obama terus meyakinkan Hillary bahwa ia tetap membuka pintu jika Hillary ingin kembali membantu kepemimpinannya ke depan. Wajar saja, selama empat tahun Hillary telah membuktikan bahwa dirinya memang layak disebut sebagai salah satu diplomat top Amerika, karena sukses menjadi tokoh penguat hubungan Amerika di kawasan Asia Pasifik.
Di hari terakhir kunjungannya, Hillary menyatakan bahwa perjalanannya bersama Obama selama ini sangat luar biasa. "Ada saat pahit, ada saat membuat rindu, semua hal yang Anda harapkan," kata dia kepada wartawan yang mencegatnya, sebelum mengikuti pertemuan puncak KTT ASEAN 2012, Selasa pagi, 20 November 2012.
Dalam lawatan ke tiga negara yaitu Thailand, Myanmar, dan Kamboja, keduanya bertemu di Thailand. Di negara gajah putih itu, selain melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra, mereka melakukan kunjungan santai ke wihara terkenal "Wat Pho" di Bangkok. Di sana, mereka juga sempat bercakap-cakap dengan seorang biksu.
Lalu, mereka melanjutkan perjalanan bersama ke Myanmar dengan pesawat kepresidenan. Di sana kedua tokoh Amerika itu mengunjungi aktivis pro-demokrasi Aung San Suu Kyi di kediaman pribadinya.
Kamboja menjadi persinggahan terakhir dalam kunjungan mereka ke Asia Tenggara. Seorang pejabat yang ikut dalam rombongan mengatakan bahwa selama penerbangan "Air Force One" ke Phnom Penh malam itu, keduanya meringkuk sendirian selama satu jam, mengenang empat tahun terakhir--dan membicarakan tentang kemungkinan apa yang yang terjadi selanjutnya.
NYTIMES | MUNAWWAROH
Baca juga:
Roket dari Mesir Hantam Israel
Pejabat Israel Bersumpah Lakukan ''Holocaust''
Fatah-Hamas Sepakat Bersatu Melawan Israel
Demi Seni, Punggung Perempuan Ini Dibolongi Kait
Survei: 90 Persen Yahudi Israel Dukung Perang Gaza