TEMPO.CO, Havana - Menteri Pertahanan Kolumbia, Juan Carlos Pinzon, menyatakan bahwa pasukan angkatan bersenjata negara menolak melakukan gencatan senjata selama dua bulan sebagai upaya menuju perdamaian seperti yang dibicarakan di Havana, ibu kota Kuba, Senin, 19 November 2012.
Sikap tersebut perlu disampaikan oleh Pinzon guna menanggapi pengumuman gencatan senjata unilateral, Senin, 19 November 2012. Pengumuman tersebut sebelumnya dikeluarkan oleh juru runding senior pemberontak kartel obat bius, alias Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC), Ivan Marquez.
Marquez dalam pernyataannya mengatakan, gencatan senjata antara pasukan pemerintah dan FARC berlangsung efektif Senin malam waktu setempat selama dua bulan. Jika gencatan senjata ini benar-benar terjadi, hal tersebut merupakan gencatan senjata pertama kali sejak satu dekade silam. Upaya gencatan senjata telah berlangsung di Kuba, mempertemukan pihak pemerintah dengan pemberontak untuk mengakhiri konflik berdarah yang sudah terjadi sejak 50 tahun.
Pinzon mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada wartawan di Bogota, militer Kolombia memiliki tugas konstitusional guna menekan seluruh tindak kejahatan yang bertentangan dengan konstitusi. Dia menambahkan, FARC merupakan organisasi teroris yang telah melakukan berbagai kejahatan selama bertahun-tahun.
Juru runding FARC, Marquez, menjelaskan, Senin, para pemberontak akan mematuhi kesepakatan antara kedua belah pihak dengan cara menghentikan serangan sejak Senin malam hingga 20 Januari 2013.
Dia katakan, sikap tersebut dilakukan guna membantu menenteramkan suasana saling menghormati menuju langkah dialog. Menurutnya, sudah saatnya pemerintah Kolombia melakukan tranformasi kekuasaannya.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Baca juga:
Roket dari Mesir Hantam Israel
Pejabat Israel Bersumpah Lakukan ''Holocaust''
Fatah-Hamas Sepakat Bersatu Melawan Israel
Demi Seni, Punggung Perempuan Ini Dibolongi Kait
Survei: 90 Persen Yahudi Israel Dukung Perang Gaza