TEMPO.CO, Yerusalem -- Orang-orang sipil menjadi korban terbanyak pada serangan antara Israel dan Palestina yang terjadi pada hari ketujuh. Di antaranya, ada petani yang sedang dalam perjalanan ke pasar, penjual air bersih, dan perempuan yang sedang menemani anaknya.
Mereka masuk dalam 34 korban sipil yang tewas dalam serangan bersenjata Israel untuk dua hari saja. Hanya enam orang korban dari 34 jenazah itu yang dipastikan sebagai anggota Hamas.
Di antara para korban dalam serangan pekan ini, yang mengenaskan adalah terbunuhnya 12 anggota keluarga Daloo dan Manzar. Sebab, kematian tersebut menandakan terhapusnya tiga generasi keluarga Daloo dan Manzar dari kawasan Gaza.
Total korban dalam serangan brutal ini sekitar 94 atau 96 orang. Dari total korban tesebut, 58 di antaranya penduduk sipil, dengan anak-anak sebanyak 18 orang. Data tersebut berasal dari Lembaga Hak Asasi Manusia Palestina, Lembaga Hak Asasi Manusia Al Mezan, dan layanan kesehaan di Gaza. Lalu ada 700 warga yang terluka, termasuk 215 anak-anak.
Mengumpulkan data korban di Gaza cukup sulit. Sebab, tidak ada lembaga yang berwenang untuk menyatakan jumlah resmi korban. Untuk mendapatkan total korban, butuh waktu dan tenaga dengan mendatangi tempat-tempat yang diserang Israel, rumah sakit, dan juga tempat pengungsian. Kondisi ini sulit sebab situasinya dalam bayangan ancaman misil Israel.
Menurut sejumlah warga Gaza, militer Israel memberi peringatan sebelum menyerang. Seperti yang terjadi pada Angkatan Udara Israel, yang menyerang kawasan Jabalya pada puku 01.00, Senin, 19 November 2012. Penduduk di kawasan tersebut diperingatkan dengan roket-roket kecil, lalu ada pula telepon dari Militer Israel (IDF) tentang ancaman serangan.
Tapi peringatan seperti itu tidak selalu terjadi. Sebab, yang terjadi pada hari yang sama, tapi pukul 02.00, Angkatan Udara Israel menyerang di kawasan Zeitun. Roket hanya membutuhkan semenit untuk meledak, yang menyebabkan bocah berusia 5 tahun bersama dua lelaki serta seorang perempuan tewas seketika.
Selain bangunan, 95 persen air di Gaza tidak layak minum. Jadi warga harus membeli air bersih yang harganya cukup lumayan bagi warga yang kehilangan pekerjaan.
HAARETZ | DIANING SARI
Baca juga:
Konflik Palestina-Israel
Pejabat Israel Bersumpah Lakukan ''Holocaust''
Roket dari Mesir Hantam Israel
Israel Menyetrum dan Menembak dengan Brutal
Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza Terhenti